Bangun IKN Diproyeksi Butuh 9,2 Ton Baja, Nilainya Rp 150 Triliun

Bangun IKN Diproyeksi Butuh 9,2 Ton Baja, Nilainya Rp 150 Triliun

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 07 Des 2022 15:55 WIB
Pekerja menyelesaikan pembuatan prasasti bergambar peta Indonesia di titik nol kilometer Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (19/4/2022). Prasasti tersebut dibangun di atas tanah dan air dari 34 provinsi di Indonesia yang telah disatukan. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/wsj.
Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Jakarta -

Industri baja dinilai menjadi salah satu motor penggerak roda industri di Indonesia. Kebutuhan baja pada 2045 diproyeksi mencapai 100 juta ton.

Ketua umum Asosiasi Roll Former Indonesia Nicolas Kesuma mengatakan, untuk menjadi negara maju, Indonesia harus memperkuat sektor industri baja. Saat ini kebutuhan baja nasional mencapai 16 juta ton, dan diproyeksi terus meningkat.

"Seperti yang telah disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Bapak Airlangga Hartarto, saat ini kebutuhan baja nasional berada pada kisaran 16 juta ton dan akan meningkat menjadi 100 juta ton pada tahun 2045 saat kita menargetkan menjadi negara maju. Pembangunan industri baja menuju 100 juta ton ini merupakan keniscayaan agar Indonesia mampu membangun kemandirian industri nasional. Untuk itu dibutuhkan sinergi yang baik dari hulu ke hilir untuk menjembatani terwujudnya hal tersebut," terang Nicolas usai menghadiri penutupan IISIA Business Forum (IBF) 2022, dalam keterangan tertuis yang diterima, Rabu (7/12/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

IBF sendiri merupakan forum bisnis pelaku industri baja yang diselenggarakan oleh Asosiasi Industri Baja Indonesia atau The Indonesia Iron & Steel Industry Association (IISIA) bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) pada 1-3 Desember 2022 di Grand City, Surabaya, Jawa Timur.

Nicolas melanjutkan, anggotanya di ARFi ada sebanyak 16 perusahaan besar penghasil roll forming yang menguasai pasar baja ringan nasional, bernaung di ARFI. Seluruh perusahaan tersebut juga sudah berkomitmen dalam mewujudkan kemandirian baja nasional. Namun guna mendukung peningkatan utilitas produksi baja dalam negeri ini, pemerintah juga harus berkomitmen dalam melakukan langkah-langkah seperti pembatasan impor dan peningkatan TKDN dalam pembangunan sehingga produk dalam negeri bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

ADVERTISEMENT

"Dibutuhkan kerja sama semua pihak untuk mewujudkan kemandirian industri baja. Di antaranya adalah komitmen pemerintah dalam pembatasan impor dan juga peningkatan TKDN sesuai dengan yang diamanatkan Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo dalam setiap pembangunan infrastruktur, terutama dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN)." tegas Nicolas.

Dia juga menambahkan, bersama para anggotanya siap ikut menjadi bagian pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara (IKN). Dia memperkirakan kebutuhan baja untuk membangun IKN mencapai 9,2 ton dengan nilai mencapai Rp 150,5 triliun.

"Baja ringan adalah substansial baja di hilir. Para pengguna, baik masyarakat maupun pemerintah berhak atas produk baja yang berstandar baik. Oleh karena itu, SNI Wajib untuk produk baja wajib diatur dan diberlakukan dari hulu sampai hilir. ARFI sendiri saat ini terus mengawal SNI produk profil baja ringan yaitu SNI 8399 2017 menjadi wajib," tutup Nicolas lagi.

Sebelumnya, Chairman IISIA, Silmy Karim dalam sambutannya mengatakan, industri baja nasional masih pada tahap pertumbuhan awal yang meningkat pesat seiring pertumbuhan ekonomi nasional. Konsumsi baja per kapita Indonesia saat ini masih kurang dari 70 kg per kapita per tahun, jauh tertinggal dari Korea Selatan 1.076 kg, Tiongkok 667 kg, Jepang 456 kg, dan Amerika Serikat 291 kg per kapita.

Konsumsi Indonesia bahkan tertinggal dibandingkan dengan konsumsi baja per kapita negara tetangga ASEAN, seperti Malaysia 210,5 kg, Thailand 233,3 kg, dan Singapura 273,5 kg per kapita. Dari sisi produksi, Indonesia saat ini baru memproduksi baja kasar sebanyak 14,3 juta ton, jauh tertinggal dari Tiongkok 1.032,8 juta ton, India 118,2 juta ton, Jepang 96,3 juta ton, Amerika Serikat 85,8 juta ton, Rusia 75,6 juta ton, dan Korea Selatan 70,4 juta ton.

"Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa peluang berkembangnya industri baja nasional masih sangat besar sehingga kita dorong agar industri baja nasional dapat terserap oleh kebutuhan dalam negeri," ujar Silmy.




(acd/zlf)

Hide Ads