Penjualan Kendaraan Listrik Masih Kecil, Pembelinya Mayoritas Orang Berduit

Penjualan Kendaraan Listrik Masih Kecil, Pembelinya Mayoritas Orang Berduit

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Jumat, 10 Feb 2023 14:38 WIB
Ilustrasi mobil listrik
Foto: Getty Images/iStockphoto/Tramino
Jakarta -

Pemerintah tengah menggenjot pembentukan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia. Di sisi lain, hingga kini angka pertumbuhan penjualan EV di Indonesia terbilang masih sangat kecil. Selama ini pembelinya masih didominasi orang berduit.

Presiden Direktur PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) I Dewa Made Susila mengatakan, secara keseluruhan, pertumbuhan ekosistem EV terbilang luar biasa. Namun dari segi penjualan otomotif, angkanya terbilang masih sangat kecil.

"Dari data yang kita punya, misal penjualan motor listrik 2022 (skala industri RI) 6 ribu unit lah, atau tumbuh 230%, karena sebelumnya cuma 2 ribu unit. Sementara mobil listrik lebih banyak, tahun ini mencapai 23 ribu. Tinggi, tapi as a percentage dari total masih sangat kecil," kata Made, dalam Konferensi Pers di Epicentrum Walk, Jakarta Selatan, Jumat (10/2/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Made menjelaskan saat ini konsumen EV masih didominasi orang kaya yang sebelumnya sudah memiliki mobil. Sementara bagi masyarakat first buyer atau untuk pembelian pertama, ada sejumlah alasan yang masih dipertimbangkan.

"Menurut saya, konteks ini masih orang-orang tertentu saja yang beli. Rata-rata orang kaya yang sudah punya mobil. Kalau orang yang baru pertama mau beli mobil pasti takut. Kenapa? Karena ada 3 hal," katanya.

ADVERTISEMENT

Pertimbangan pertama, harga kendaraan listrik jauh lebih mahal dari kendaraan konvensional berbahan bakar minyak. Made mencontohkan dalam hal mobil listrik, harga termurahnya berada di kisaran Rp 300 jutaan. Sementara untuk motor bisa sampai Rp 30 jutaan, sedangkan motor biasa hanya di kisaran Rp 20 jutaan.

Lalu yang kedua yaitu infrastruktur pengisian baterai EV yang belum terlalu banyak tersedia. Menurutnya, sejauh ini tempat pengisian baterai baru tersedia di kawasan-kawasan pusat kota sehingga mendatangkan kekhawatiran bagi masyarakat.

"Kalau lewat kira-kira 60 km dari Jakarta, itu sulit sekali mencari tempat ngecas. Coba, ada nggak kira-kira pengisian baterai di luar Jabodetabek? Sangat sedikit, bisa dihitung dengan jari. Artinya apa? konsumen terpusat di kota, yang infrastrukturnya siap," ujar Made.

Kemudian pertimbangan terakhir yaitu presale value atau harga jualnya. Perihal ini pun menjadi salah satu poin penting bagi para konsumen di Indonesia. Di sisi lain, saat ini masyarakat belum dapat memproyeksikan harga penjualan EV mengingat industri ini berkembang belum lama di RI.

"Ini unik kalau di RI. Di negara lain mikirnya lebih ke buat dipakai saja. Di Indonesia, mobil motor, presale value, harga jual berikutnya berapa. Nah ini kan waktu yang akan membuktikan (harga jual kembali)," ujarnya.

Sementara itu, selama 2022 Adira Finance mencatatkan pembiayaan kendaraan listrik menyentuh angka 415 unit, dari total 900 ribu unit kendaraan. Adapun rincian dari pembiayaan EV tersebut di antaranya motor listrik sebanyak 333 unit dan mobil listrik sebanyak 82.

"Hingga saat ini Adira masih tahap belajar. Kita sudah membiayai Rp 30 miliar untuk kendaraan listrik di 2022 tahun lalu," pungkasnya.

(das/das)

Hide Ads