Industri Baja Mau Geber Produksi di 2023, Tanda Ekonomi Sudah Menggeliat Lagi

Industri Baja Mau Geber Produksi di 2023, Tanda Ekonomi Sudah Menggeliat Lagi

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 03 Apr 2023 13:49 WIB
Industri Baja
Foto: (istimewa)
Jakarta -

Meski sempat mencatat pertumbuhan negatif saat diterpa badai pandemi Covid-19 pada tahun 2020, perekonomian nasional terus menunjukkan resiliensi dan beranjak pulih lebih cepat. Hal ini tercermin dari data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan IV-2022 tumbuh solid sebesar 5,015 (YoY).

Kemenko Bidang Perekonomian melansir, secara full year, pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang tahun 2022 juga mencatatkan pertumbuhan impresif sebesar 5,31% (ctc). Angka tersebut melampaui target yang ditetapkan Pemerintah yakni sebesar 5,2% (ctc), dan kembali mencapai level 5% seperti sebelum pandemi.

Momentum pertumbuhan ekonomi ini tentunya senatiasa harus dijaga semua pihak demi bangkitnya perekonomian bangsa. Hal itu disampaikan Ketua Umum Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI), Nicolas Kesuma, dalam Rapat Tahunan ARFI yang mengambil tema "Menjaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi Bangsa Bersama Kekuatan Formasi ARFI".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam rapat yang digelar di Bali tanggal 30-31 Maret 2023 itu, Nicolas menjelaskan, Industri baja menjadi faktor esensial dalam perkembangan industri konstruksi dan manufaktur yang telah terbukti turut menopang pertumbuhan ekonomi bangsa.

"Di Indonesia sendiri, industri baja turut memainkan peranan penting mengingat saat ini sedang dilakukan pembangunan infrastruktur dan industri manufaktur secara masif. Dalam mendukung masifnya pembangunan infrastruktur dan industri manufaktur, ketahanan dan utilisasi baja nasional serta perlindungan konsumen terkait produk baja perlu mendapat perhatian khusus," terang Nicolas.

ADVERTISEMENT

Untuk itu, ia melanjutkan, tata kelola pengendalian impor baja menjadi salah satu instrumen penting dalam mewujudkan ketahanan dan kemandirian industri baja nasional sehingga mampu turut membantu menopang pertumbuhan ekonomi bangsa ini.

Secara rinci Nicolas menyebut, selain SNI wajib untuk profil baja ringan dan tata kelola pengendalian impor, 2 hal penting lain yang dapat memacu produktifitas industri baja, khususnya baja ringan di tanah air adalah peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam proyek pembangunan pemerintah serta stimulus ekspor untuk produk roll forming Indonesia.

"SNI wajib profil baja ringan ini merupakan bentuk perlindungan industri baja ringan terhadap konsumen. Karena dengan penggunaan produk baja ringan ber SNI, peristiwa gagal konstruksi dapat dihindari. Kemudian terkait sertifikat TKDN juga, industri baja ringan ini adalah yang paling siap," tutur dia.

Pasalnya produk yang dihasilkan 17 perusahaan baja ringan yang bernaung di ARFI, tingkat komponen dalam negerinya sudah cukup tinggi.

"Dengan demikian sudah bisa digunakan dalam program belanja pemerintah dalam pembangunan di tanah air. Yang terakhir, stimulus ekspor juga dibutuhkan agar industri tanah air dapat bersaing di pasar mancanegara tentunya," terang Nicolas lagi.

(ada/dna)

Hide Ads