BUMN Farmasi Gandeng Sinopharm Garap Bahan Baku Obat

BUMN Farmasi Gandeng Sinopharm Garap Bahan Baku Obat

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 13 Apr 2023 14:39 WIB
Munculnya pilihan vaksin COVID-19 berbayar menuai kontroversi di kalangan masyarakat. PT Kimia Farma TBK pun kemudian menunda pelaksanaan vaksinasi berbayar.
Kimia Farma/Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Jakarta -

PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menjalin kerja sama dengan Sinopharm Internasional terkait pengembangan Bahan Baku Obat (BBO), Traditional Chinese Medicine (TCM), dan Project Platform TB. Adapun kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pada 17 Maret 2023 lalu.

Direktur Utama Kimia Farma, David Utama mengatakan kesepakatan ini merupakan kelanjutan dari kolaborasi antara Kimia Farma dengan Sinopharm yang telah terjalin baik sewaktu penanganan Covid-19.

"Kimia Farma mendukung ketahanan kesehatan nasional, salah satunya dengan penguatan dan percepatan Bahan Baku Obat (BBO). Saat ini Kimia Farma telah memproduksi 14 BBO dan kita akan terus tingkatkan," ujar David dalam keterangan tertulis, Kamis (13/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut David menambahkan, kerja sama ini juga merupakan bentuk hubungan bilateral kedua negara untuk meningkatkan dan mendorong transformasi industri kesehatan.

"KAEF berkomitmen untuk memberikan produk dan layanan kesehatan terbaik. Kami akan menindaklanjuti Nota Kesepahaman ini untuk mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan dan meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Sebagai tambahan informasi, Sinopharm adalah salah satu dari tiga besar raksasa farmasi di Asia Pasifik. Pada 2021, Sinopharm membukukan pendapatan 453,82 miliar yuan atau setara US$ 70,2 miliar.

Kimia Farma pada 2022 mengantongi penjualan Rp 9,60 triliun, turun 25,28% dibandingkan 2021 sebesar Rp 12,85 triliun. Penjualan di dalam negeri tercatat turun 25,15% year-on-year (YoY) menjadi Rp 9,47 triliun, sedangkan penjualan ekspor turun 33,46 persen YoY dari Rp 200,35 miliar menjadi Rp 133,30 miliar.

Meski demikian, sepanjang 2022 Kimia Farma telah menurunkan beban usaha 5,41% atau Rp 189 miliar dibandingkan 2021. Efisiensi beban usaha dilakukan dari sisi efisiensi beban operasional, yaitu optimalisasi biaya distribusi untuk seluruh produk.

Di samping itu, Kimia Farma juga mengupayakan penurunan beban keuangan sebesar 14,21% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini ditopang dengan dukungan perbankan melalui penurunan suku bunga dan kredit investasi serta refinancing.

Kimia Farma juga membukukan arus kas positif pada 2022. Pada akhir Desember 2022, tercatat nilai kas dan setara kas naik menjadi Rp 2,15 triliun dari 2021 senilai Rp 748 miliar. Hal ini didukung diperolehnya dana dari aksi korporasi unlock value anak usaha yang dimiliki KAEF, yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA).

(ara/ara)

Hide Ads