Nah Lho! Pengusaha Sawit Curhat Ekspor Turun, Singgung Kebijakan Ini

Nah Lho! Pengusaha Sawit Curhat Ekspor Turun, Singgung Kebijakan Ini

Ilyas Fadilah - detikFinance
Senin, 26 Jun 2023 18:30 WIB
Workers load palm oil fresh fruit bunches to be transported from the collector site to CPO factories in Pekanbaru, Riau province, Indonesia, April 27, 2022. REUTERS/Willy Kurniawan
Ilustrasi/Foto: REUTERS/WILLY KURNIAWAN
Jakarta -

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan jumlah ekspor sawit Indonesia turun. Meskipun jika secara nilai, ekspor sawit berhasil memecahkan rekor hingga US$ 39,07 miliar pada 2022.

Namun, Eddy menyebut hal itu tak lepas dari bagusnya harga komoditas minyak nabati pada tahun tersebut. Tetapi dari segi Jumlah ia menegaskan angkanya masih kalah dibanding 2017 atau 2018.

"Kita ini ekspor kita tahun 2022 itu adalah memecahkan sejarah terbesar, yaitu secara nilai US$ 39,07 miliar. Tapi jangan salah, karena harga minyak sawit nabati cukup bagus. Tapi kalau dari segi ekspornya justru tidak terlalu, artinya dibandingkan 2017, 2018 lebih rendah," ujarnya dalam acara diskusi sawit yang diselenggarakan CNBC Indonesia, Senin (26/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan hal ini disebabkan faktor dalam negeri dan luar negeri. Faktor dari luar salah satunya adalah pelemahan ekonomi global. Sedangkan dari dalam, Eddy menyinggung kebijakan Indonesia yang sempat melarang ekspor Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah dan turunannya.

"Sekarang ekspor kita turun, permintaan turun. Selain permasalahan ekonom global, tetapi di satu sisi dengan pengalaman kemarin kita setop ekspor, akhirnya negara-negara yang biasa impor dari Indonesia berusaha melepaskan ketergantungan itu," bebernya.

ADVERTISEMENT

Kini terjadi peningkatan penanaman tanaman penghasil minyak nabati selain sawit. Pada akhirnya pasar ekspor sawit menjadi turun dan Indonesia lah yang kesulitan. Namun ia tidak merinci berapa besar angka penurunan ekspor.

Ia menambahkan, produksi sawit yang cenderung stagnan dan menurun berbanding terbalik dengan kebutuhan konsumsi yang naik setiap tahun. Ia berharap pemerintah bisa lebih sinkron dalam menetapkan kebijakan.

Menurutnya kebijakan yang tumpang tindih bakal mempersulit upaya mempertahankan produksi hasil kelapa sawit, apalagi meningkatkannya. Pemerintah dalam hal ini diminta berperan aktif dan tidak bisa hanya membebankan ke pengusaha.

(ara/ara)

Hide Ads