Tambang Nikel Raksasa RI Mau Bangun Pabrik Stainless Steel Rp 15 T

Tambang Nikel Raksasa RI Mau Bangun Pabrik Stainless Steel Rp 15 T

Ilyas Fadilah - detikFinance
Rabu, 28 Jun 2023 18:15 WIB
Pabrik nikel sulfat terbesar di dunia
Pabrik Nikel Sulfat/Foto: Dok. Harita Nickel
Jakarta -

Pabrik nikel PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) berencana melakukan ekspansi dan membangun pabrik stainless steel atau baja nirkarat. Hal ini diungkapkan langsung oleh Direktur Utama NCKL Roy Arman Arfandy.

Roy menyebut nilai investasi pabrik tersebut mencapai lebih dari US$ 1 miliar atau Rp 15 triliun (kurs Rp 15.000). Negosiasi dengan investor diharapkan rampung akhir tahun, dan pabrik bisa dibangun tahun depan.

"Saya berharap akhir tahun ini kita bisa finalkan negosiasi dengan investor baru ini, sehingga kami mulai bisa bangun mungkin tahun depan. Awal tahun ya," katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu (28/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

NCKL akan mengembangkan hilirisasi dari saprolit menjadi feronikel, lalu menjadi stainless steel. Ia menyebut sedang dalam pembicaraan dengan investor dan pemain besar di Industri ini.

"Saya berharap dan tolong didoakan agar diskusi kami dengan salah satu pemain besar stainless steel di dunia ini berhasil kami tuntaskan diskusinya, dan berharap kami umumkan sebelum akhir tahun ini," bebernya.

ADVERTISEMENT

Rencananya, kapasitas produksi diperkirakan mencapai 2-3 juta ton per tahun. Roy mengungkap potensi investornya bukan dari China.

Pada kesempatan itu, Roy menyebut pihaknya membuka opsi untuk ekspor nikel sulfat ke luar China. Namun saat ini, China masih menjadi pembuat baterai terbesar di dunia.

"Mengenai ekspor nikel sulfat ini sementara memang pembuat baterai terbesar di dunia itu memang kebanyakan ada di China pak. Jadi terpaksa kami sebagian besar ekspor produk kami ke negara China. Tapi kami membuka kemungkinan untuk mengekspor ke negara lain sepanjang ada produsen baterai mobil listrik yang beroperasi, misalnya Korea atau Jepang," imbuhnya.

NCKL memang belum mengejar pasar domestik karena keberadaan pabrik prekursor atau pabrik produsen katoda yang belum ada. Hal ini membuat Harita lebih membidik pasar ekspor ketimbang pasar domestik.

(ara/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads