Australia bakal mengekspor ribuan ton lithium ke Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Komitmen ekspor itu didapatkan usai Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan dengan PM Anthony Albanese secara langsung di Australia beberapa hari lalu.
Luhut mengungkapkan Australia mau melakukan ekspor 60.000 ton lithium ke Indonesia, namun dia merayu agar jumlahnya ditambah jadi dua kali lipat. Rencananya, lithium itu bakal diolah jadi baterai kendaraan listrik di kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, apa untungnya Australia ekspor lithium ke Indonesia?
Luhut memaparkan keuntungan yang pertama adalah pihak Australia bisa ikut berpartisipasi ke dalam pengembangan hilirisasi mineral di Morowali.
"Mereka nanti bisa ikut participate di dalam project itu. Jadi sehingga itu kita lakukan jointly dan mereka setuju dengan itu," beber Luhut dalam keterangan video di akun Instagram resminya, @luhut.pandjaitan, dikutip Jumat (7/6/2023).
Keuntungan lainnya yang bisa didapatkan Australia adalah biaya produksi yang lebih murah di Indonesia karena ekosistem mobil listrik sedang dikebut di Indonesia.
"Itu saya kira satu hal, dan cost di Australia kan bisa 4 kali lebih mahal dari kita, kalau membuat processing mobil listrik misalnya A to A. Jadi kalau di Indonesia cost-nya pasti lebih turun," ujar Luhut.
Dalam keterangan pers bersama dengan PM Albanese, Jokowi memang menekankan Indonesia dan Australia harus bekerja sama untuk melakukan pengembangan baterai kendaraan listrik. Mengingat kedua negara punya modal sumber daya besar.
"Indonesia dan Australia harus membangun kerja sama ekonomi yang lebih substantif dan strategis melalui pengembangan bersama produksi baterai Electric Vehicle," tutur Jokowi, Selasa (4/7/2023).
(hal/rrd)