Terungkap Biang Kerok Subsidi Motor Listrik Sepi Peminat, Ini Solusinya

Terungkap Biang Kerok Subsidi Motor Listrik Sepi Peminat, Ini Solusinya

Aulia Damayanti - detikFinance
Minggu, 16 Jul 2023 06:00 WIB
Infografis daftar motor listrik bakal dapat subsidi Rp 7 juta
Ilustrasi motor listrik. (Foto: Infografis detikcom/Mindra Purnomo)
Jakarta -

Program subsidi motor listrik mau dievaluasi pemerintah karena kurang diminati masyarakat. Adapun subsidi yang diberikan pemerintah adalah potongan sebesar Rp 7 juta per unit motor.

Apa penyebab program tersebut sepi peminat?

Sebagai informasi, subsidi motor listrik ini diperuntukkan bagi penerima kalangan kelas bawah, seperti yang tercatat sebagai penerima bantuan pemerintah

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia , Mohammad Faisal mengatakan sejatinya program subsidi itu memang diperuntukkan bagi masyarakat miskin. Namun, dalam konteks pembelian motor listrik, masyarakat miskin dinilai tidak begitu memikirkan untuk membeli motor listrik.

"Kalau penerimanya penerima bansos yang miskin itu, karena tidak kecukupan daya beli mereka. Apa lagi motor listrik yang sudah disubsidi itu bisa jadi dia tetap lebih mahal," katanya kepada detikcom, Sabtu (15/7/2023).

ADVERTISEMENT

Artinya, menurut dia tidak ada kecocokan antara kemampuan daya beli masyarakat yang menjadi sasaran program itu dengan harapan untuk menjadikan konsumen tersebut pembeli motor listrik.

"Jadi kalau kalangan miskin itu di sini mereka sangat-sangat sensitif dengan harga. Artinya dengan motor konvensional saja masih kesulitan untuk membeli, (apa lagi) kalau motor listriknya lebih mahal," terangnya.

Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad mengatakan masyarakat miskin itu jarang sekali berpikir untuk membeli motor baru. Program ini sepi peminat karena minat masyarakat yang disasar itu rendah akan pembelian motor, apa lagi jika masih tergolong mahal.

"Kebiasaan masyarakat miskin itu ambilnya yang bekas konvensional. Kalau didorong beli baru menurut saya berat bagi mereka. Mereka kan juga bayarnya juga cash. Kalau bentuknya cash berat bagi mereka, memang udah ada potongan Rp 7 juta, motor listrik saat ini itu kalau high quality agak mahal sudah belasan juta," katanya.

Masalah kedua rendahnya literasi masyarakat akan program subsidi motor listrik. Tauhid mengatakan masyarakat kelas bawah belum semuanya paham akan manfaat motor listrik itu sendiri. Apa lagi, biasanya mereka hanya lebih mengetahui merek-merek motor konvensional yang terkenal.

Kemudian, infrastruktur penunjang motor listrik juga belum meluas. Kendala yang akan dihadapi masyarakat adalah ketika motor tersebut perlu service atau rusak dan harus menukar baterai.

"Bagi masyarakat miskin dia mau service misalnya rusak tetapi pusat sevice jauh, siapa yg mau beli begitu. Atau tadi mengenai pengisian baterai-nya juga susah diperoleh," pungkasnya.

Lalu apa solusi agar subsidi motor listrik tidak sepi peminat? Baca di halaman berikutnya.

Solusi Agar Subsidi Motor Listrik Nggak Sepi Peminat

Tauhid mengatakan tidak ada yang perlu dirombak dari syarat-syarat program subsidi motor listrik. Hanya saja, ada sejumlah hal yang harus dipenuhi oleh pemerintah agar masyarakat kelas bawah yang menjadi sasaran subsidi tersebut berminat.

Pertama meningkatkan sosialisasi terhadap literasi masyarakat tentang pentingnya kendaraan bebas bahan bakar minyak (BBM) seperti motor listrik. Karena saat ini masyarakat miskin belum semuanya paham akan manfaat motor listrik itu sendiri.

"Mereka itu nggak kenal lingkungan, mereka kenalnya yang penting murah dan bisa jalan," ujar dia.

Kemudian, pemerintah harus memastikan infrastruktur penunjang motor listrik. Karena ke depan, kendala yang akan dihadapi masyarakat bawah adalah ketika motor tersebut perlu service atau rusak serta letak penukaran baterai.

"Jadi, menurut saya tetap syaratnya untuk masyarakat bawah itu. Kalau yang lebih bisa mampu sekali itu nggak usah. Mungkin kalau ada yang level middle lebih kecil lah (subsidinya)," tambah dia.

Lalu, Mohammad Faisal mengatakan dalam membuat program, pemerintah dinilai harus memikirkan target marketnya. Dalam kasus ini, pemerintah harus melihat apakah sasaran itu akan berminat untuk membeli motor listrik itu sendiri.

Karena masalahnya saat ini, program subsidi motor listrik sasarannya adalah masyarakat miskin. Sementara mereka dinilai jarang memikirkan untuk membeli motor baru.

"Kendala dari sisi demand, yang tidak hanya bisa diselesaikan dengan hanya menyediakan subsidi. Jadi harus dilihat dari sisi marketnya juga yang jelas pasar terbesar ini kalangan menengah kalau dia dari sisi pasar. Tetapi masalahnya kalau subsidi layaknya, subsidi apapun untuk masyarakat miskin," ujar dia.

Faisal juga meminta pemerintah memperhatikan infrastruktur penunjang mobilitas motor listrik. Menurut Faisal tempat penukaran baterai motor listrik saat ini belum meluas terutama di sekitar tempat tinggal masyarakat kelas bawah.

"Mereka kan punya mobilitas yang rendah, kalau infrastruktur susah dijangkau itu kan menyulitkan. Berbeda dengan kalangan menengah atas yang relatif bisa menjangkau," pungkasnya.

Syarat Penerima Subsidi Motor Listrik

Dalam peraturan saat ini, kriteria penerima program subsidi motor listrik adalah masyarakat tertentu yang dibuktikan dengan kepemilikan NIK yang terdaftar sebagai penerima manfaat kredit usaha rakyat, bantuan produktif usaha mikro, bantuan subsidi upah, dan/atau penerima subsidi listrik sampai dengan 900 VA. Artinya masyarakat bawah atau berpendapatan rendah.

Hal ini telah tercantum dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 6 Tahun 2023 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Pemerintah untuk Pembelian Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Roda Dua.

Halaman 2 dari 2
(ada/das)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads