PT Blue Bird Tbk (BIRD) telah membeli sebanyak 60 unit mobil listrik (electric vehicle/EV) baru sepanjang semester I 2023 ini. Langkah ini sejalan dengan upaya peremajaan armada kendaraannya untuk unit mobil konvensional hingga listrik 2023.
Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Adrianto (Andre) Djokosoetono mengatakan, tahun ini pihaknya menargetkan untuk meremajakan sebanyak 6.000 kendaraan baik untuk taksi, kargo, maupun mobil rental. Salah satu yang telah terbeli ialah 60 unit mobil listrik baru.
"Penambahan EV 60 tahun (semester I) ini," kata Andre, dalam momentum Open House di Blue Bird Headquarters, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin (24/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah ini masih cukup jauh dari target pembelian tahun ini yang mencapai 500 unit EV, serta di bawah alokasi budget yg disetujui oleh dewan komisaris. Sedangkan unit EV yang saat ini telah dioperasikan oleh Blue Bird ada sebanyak 190 unit yang terdiri atas 140 unit di Jakarta, 30 unit di Bali, dan sisanya di kota-kota lainnya.
Selain itu, Blue Bird juga telah membeli sebanyak 2.700 kendaraan yang terdiri dari armada taksi, kargo, dan lainnya. Demi memenuhi kebutuhan tersebut, Blue Bird juga telah meremajakan sekitar 1.500 hingga 1.600 armada yang dijual.
"Itu artinya kita beli 1.200 tetapi ada sekitar 1.500-1.600 mobil yang kita remajakan, kita jual tadi. Itu akan berlanjut," jelasnya.
Lebih lanjut Andre mengatakan, proses peremajaan lewat penjualan unit lama biasa dilakukan dengan menyasar mobil-mobil berumur 5 tahun ke atas. Hal ini sebagai upaya perusahaan untuk berkomitmen menjaga standar kualitas armada kendaraannya.
"Kenapa 5 tahun? Kita lihat masa pakai 5 tahun yang optimal buat kita karena kita melakukan pengguanaan yang cukup panjang secara continue, itu kita yakini optimalnya di situ," kata Andre.
Di luar itu, tidak menutup kemungkinan jika 'masa pensiun' kendaraan tersebut lebih cepat atau justru lebih lama dari masa 5 tahun tersebut. Kebanyakan, kendaraan-kendaraan yang bisa dioperasikan lebih lama merupakan armada yang beroperasi di luar kawasan Ibu Kota, yang mana jarak tempuh penggunaannya lebih pendek.
"Ada nggak yang lebih cepet? Ada. Kadang-kadang 4,5 tahun. Ada nggak yang bisa lebih jauh (lewat 5 tahu)? Ada. Contohnya di luar Jakarta. Rata-rata jarak tempuh per harinya lebih pendek sehingga kita meyakini lebih lama 6 tahun pun nggak ada masalah untuk tetap dipakai intensitas tinggi," ujarnya.
(rrd/rir)