Bantah Faisal Basri, Kemenperin Blak-blakan Manfaat Hilirisasi Nikel

Bantah Faisal Basri, Kemenperin Blak-blakan Manfaat Hilirisasi Nikel

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 15 Agu 2023 11:33 WIB
Pabrik Harita Nikel di Pulau Obi
Ilustrasi/Foto: Achmad Dwi/Detikcom
Jakarta -

Kebijakan hilirisasi yang menjadi fokus utama Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuai kritik, salah satunya dari ekonom senior Faisal Basri. Kebijakan ini dinilai tidak menguntungkan Indonesia melainkan China.

Kementerian Perindustrian membantah tudingan tersebut, melalui juru bicaranya, Febri Hendri Antoni Afir, Kemenperin menyebut program hilirisasi salah satunya nikel, memberikan dampak multiplier effect besar bagi Indonesia.

"Saat ini berdasarkan data kami, terdapat 34 smelter yang sudah beroperasi dan 17 sedang dalam konstruksi. Investasi yang telah tertanam di Indonesia sebesar US$ 11 miliar atau sekitar Rp 165 triliun ini Smelter Pyronetalurgi, sedangkan yang Hydrometalurgi terdapat 3 Smelter investasinya mencapai US$ 2,8 miliar atau mendekati Rp 40 triliun untuk produksi MHP (Mix Hydro Precipitate) untuk bahan baku baterai," ungkap Febri dalam keterangannya, Selasa (15/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama masa konstruksi kehadiran smelter ini menyerap produk lokal selama konstruksi dan saat ini yang bekerja di smelter tersebut sekitar 120 ribu orang. Dilihat dari lokasi smelter tersebar di berbagai provinsi yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara serta Banten. Hal ini tentu mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah tersebut dengan meningkatnya PDRB di daerah lokasi Smelter berada, pungkas Febri.

Besarnya multiplier efek Smelter nikel ini dapat dilihat dari nilai tambahnya jika hanya nikel ore saja yang di ekspor. Hitung hitungan kami, nilai tambah yang dihasilkan dari nikel ore hingga produk hilir meningkat berkali kali lipat jika kita memproses di dalam negeri atau menghilirkan proses barang mentah.

ADVERTISEMENT

Febri menyampaikan misal nilai nikel ore mentah dihargai US$ 30/ton ketika menjadi Nikel Pig Iron (NPI) naik 3,3 kali mencapai US$ 90/ton, menjadi Ferronikel 6.76 kali atau setara US$ 203/ton terus menjadi Niikel Matte naik nilai tambahnya menjadi 43,9 kali atau US$ 3117/ton lebih sekarang Indonesia sudah punya smelter menjadikan MHP sebagai bahan baku baterai nilai tambahnya sekitar 120,94 kali (US$ 3628/ton).

"Hal ini tentu akan menambah pemasukan PNBP dan pajak pajak lain yang nilainya triliunan. Dari sini saja jika kita ekspor bahan mentah cuman dapat 17 Triliun setelah diproses menghasilkan di atas 510 triliun sangat mudah karena nilai tambah ini. Lebih jika ada pabrik baterai mengibah ore menjadi LiNiMnCo bisa mencapai 642 kali lipat nilai tambahnya," papar Febri.

Febri menjelaskan, PDB logam dasar di Kwartal 1 2023 tumbuh 11,39 persen. Semester 1 tahun 2023 ini logam dasar memperoleh pdb sebesar 66,8 triliun. Selama periode tahun 2022 tumbuh di atas 15 persen dengan nilai Rp 124, 29 triliun juga tahun 2021 tumbuh double digit setara Rp 108,27 triliun.

"Bahkan di masa covid tahun 2020 industri logam dasar berhasil tumbuh mengesankan. Indikator ini sebenarnya sangat jelas benefit smelter buat ekonomi nasional sangat jelas bukan untuk negara lain meskipun hadirnya PMA sebagai pengungkit investasi untuk pertumbuhan ekonomi nasional," imbuh Febri.

Selanjutnya, Posisi Indonesia sebagai eksportir utama produk hilir logam nikel terus menguat dalam beberapa tahun terakhir, utamanya setelah kebijakan hilirisasi dan pelarangan ekspor biji nikel dijalankan. Ekspor Stainless steel, baik dalam bentuk slab, HRC maupun CRC menyentuh angka sebesar US$ 10,83 miliar di tahun 2022. Nilai ekspor ini meningkat 4,9% dari tahun 2021 yang sebesar US$ 10,32 miliar.

Berdasarkan data worldstopexport tahun 2022, Indonesia menjadi eksportir HRC ranking 1 dunia dengan nilai 4,1 miliar dollar. Febri menambahkan, Tidak hanya itu, ekspor produk hilir dari nikel lainnya juga terus meningkat pesat. Tercatat pada tahun 2022, nilai ekspor ferronikel mencapai US$ 13,6 miliar, atau meningkat 92% dibandingkan nilai ekspor pada tahun 2021 yang sebesar US$ 7,08 miliar. Nilai ekspor nikel matte juga melonjak sebesar 300%, dari US$ 0,95 miliar pada tahun 2021 menjadi US$ 3,82 miliar pada tahun 2022.

Berita berlanjut pada halaman berikutnya

Simak juga Video: Rugikan Negara Rp 5,7 T, 2 Pejabat ESDM Korupsi Tambang Nikel Ditahan Kejagung

[Gambas:Video 20detik]




Bukan hanya itu, hadirnya nikel di Indonesia mampu mengerek PDRB industri di provinsi dimana Smelter nikel berada. Sulawesi Tenggara sebagai produsen nikel terbesar di Indonesia mengalami pertumbuhan PDRB industri pengolahan sebesar 16,74 persen pada tahun 2022, yang sebagian besar disumbang oleh industri pengolahan nikel.

Keutamaan lainnya ekonomi hilirisasi ini adalah ekspor produk nikel Sulawesi Tenggara pada 2022 mencapai US$ 5,826 miliar atau 99,92 persen dari total ekspor provinsi tersebut, yang mengindikasikan besarnya peran dari industri nikel.

Juga jika dilihat dari perolehan PNBP dari sektor logam nikel ini uga mengalami kenaikan yang mengagumkan, terutama dari daerah-daerah penghasil nikel. Tahun 2022, PNBP dari daerah penghasil nikel mencapai 10,8 triliun rupiah, meningkat dari tahun 2021 sebesar 3,42 triliun rupiah.

Total PNBP dari 5 provinsi penghasil nikel mencapai 20,46 triliun rupiah sepanjang tahun 2021-2023 kwartal II, dengan provinsi Sulawesi Tenggara sebagai penyumbang terbesar (Rp 8,73 triliun), disusul provinsi Maluku Utara (Rp 6,23 triliun).

"Hadirnya smelter dalam kerangka hilirisasi nikel ini juga memberikan dampak pada sektor UMKM di wilayah di sekitar smelter dan juga meningkatkan aglomerasi ekonomi di wilayah tersebut, sehingga melihat hilirisasi jangan dilihat dari ownersip smelter PMA atau PMDN tetapi lebih ke arah pendekatan nilai tambah ekonomi sehingga benefit yang dirasakan hilirisasi ini dapat memberikan nilai nyata bagi pembangunan nasional," pungkas Febri.


Hide Ads