Selain Hilirisasi Nikel, Para Rektor Saran Ini ke Jokowi Agar RI Jadi Negara Maju

Selain Hilirisasi Nikel, Para Rektor Saran Ini ke Jokowi Agar RI Jadi Negara Maju

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 07 Nov 2023 18:13 WIB
Forum Rektor Indonesia usai bertemu Jokowi (Kanavino Ahmad Rizqo/detikcom)
Foto: Forum Rektor Indonesia usai bertemu Jokowi (Kanavino Ahmad Rizqo/detikcom)
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumpulkan para rektor-rektor universitas terkemuka di Indonesia. Menurut Ketua Umum Forum Rektor Indonesia Mohammad Nasih mengatakan para rektor dipanggil untuk menyusun formulasi Indonesia Emas di 2045.

Di tahun tersebut Indonesia ditargetkan menjadi negara maju dan masuk ke dalam 5 besar negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Untuk memastikan Indonesia jadi negara maju setidaknya harus bisa mengejar perbaikan ekonomi dan sumber daya manusia hingga tahun 2034.

"Kami mendapat penugasan dari tanda kutip pak Presiden untuk memformulasi dan mentekniskan memastikan Indonesia menjadi negara maju di 2034 itu diperlukan apa saja," ungkap Nasih yang juga merupakan Rektor Universitas Airlangga, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (7/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria melanjutkan dua isu utama yang jadi perhatian dalam formulasi Indonesia Maju adalah perbaikan sumber daya manusia dan industrialisme agro maritim.

Menurutnya, industri agro maritim akan sangat banyak membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas. Pasalnya, industri ini berbasis kerakyatan yang menitikberatkan pada sektor pertanian dan perikanan.

ADVERTISEMENT

"Untuk mempertahankan pertumbuhan (ekonomi) 6-7% itu butuh industrialisasi yang tepat. Tadi pak presiden sepakat agro maritim harus di dorong karena itu kita melibatkan banyak rakyat," kata Arif ditemui di tempat yang sama pada kesempatan berbeda.

Menurut Arif pemerintah seharusnya jangan hanya fokus pada industrialisasi dengan teknologi tinggi saja, macam pengembangan hilirisasi nikel dan komoditi pertambangan lainnya.

Menurutnya, industri tersebut hanya akan mengambil masyarakat-masyarakat dengan spesifikasi pendidikan tinggi saja. Sementara kebanyakan masyarakat di Indonesia tak semuanya berpendidikan tinggi.

"Kalau industri yang hightech nikel, pertambangan, dan lain-lain hanya sedikit rakyat yang terlibat. Tapi kalau agromaritim semakin banyak yang terlibat, semakin banyak maka pertumbuhan semakin berkualitas," beber Arif.

(hal/rrd)

Hide Ads