Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, smelter Freeport di Gresik ditargetkan beroperasi Mei atau Juni 2024. Freeport menanamkan modal US$ 3,1 miliar atau Rp 48 triliun untuk proyek ini.
Menurut Bahlil, selama ini Freeport hanya mengekspor konsentrat tembaga ke luar negeri. Setelah ada smelter ini, maka konsentrat tersebut bisa diolah di Indonesia. Sebagai informasi, turunan dari konsentrat bukan sebatas tembaga tapi juga emas, lithium, hingga katoda.
"Kalau ekspor konsentrat, turunan daripada konsentrat itu kan tidak hanya tembaga, ada emas, ada lithium, katoda, dan macam-macam. Sekarang dengan pabrik Freeport US$ 3 miliar, semuanya diolah di Indonesia, start Mei Juni," katanya dalam Konferensi Pers Realisasi Investasi Triwulan I-2024 di kantornya, Jakarta Selatan, Senin (29/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adanya smelter dan hilirisasi membuat Indonesia bisa mengetahui jumlah produksi emas Freeport. Padahal, kata dia, dulu tidak ada yang tahu berapa jumlah produksi emas Freeport.
"Untuk 3 juta konsentrat itu menghasilkan emas 60 ton, yang dulunya nggak pernah kita bangun ini. Sejak Freeport ada sampai dunia sekarang ini, kita nggak pernah tuh kita tahu produksi emasnya berapa. Sekarang dengan hilirisasi itu sudah bisa dibangun, sudah bisa kita tahu," jelasnya.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas buka-bukaan soal progres pembangunan smelter baru di Gresik, Jawa Timur. Menurutnya progres pembangunan smelter sudah mencapai 94% dan bakal rampung pada Mei mendatang.
Menurut Tony, smelter tersebut baru bisa beroperasi pada Juni, namun produksi tembaga diperkirakan mulai berjalan Agustus. Selain itu, Tony pun menjelaskan smelter Freeport akan mulai memproduksi tembaga 50% dari kapasitas produksi. Smelter di Gresik memiliki kapasitas sekitar 1,7 juta ton.
(ily/ara)