Begini Nasib Karyawan Usai Bata Tutup Pabrik di Purwakarta

Begini Nasib Karyawan Usai Bata Tutup Pabrik di Purwakarta

Samuel Gading - detikFinance
Rabu, 08 Mei 2024 17:16 WIB
Pekerja tengah memproduksi sepatu dan sandal di pabrik PT Sepatu Bata Tbk, Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (28/5/2015). Menghadapi tahun ajaran baru bagi siswa sekolah dan jelang bulan Ramadhan, Bata memproduksi sekitar 25.000 pasang per harinya untuk memenuhi kebutuhan pasar di seluruh Indonesia. Selain dipasarkan di Indonesia, produk sepatu dan sandal Bata juga diekpor hampir ke 15 Negara. Agung Pambudhy/Detikcom.
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Nasib karyawan Pabrik Sepatu Bata yang ditutup di Purwakarta diungkap oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Kepada Kemenperin, manajemen perusahaan PT Perusahaan PT Bata Tbk mengatakan sejumlah karyawan bakal dialihkan ke pabrik sepatu lain di Purwakarta.

"Pekerja di usia produktif yang terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan dialihkan ke pabrik sepatu lain di sekitar Purwakarta," tulis Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki (ITKAK) Kemenperin, Adie Rochmanto Pandiangan, dalam keterangan resmi, Rabu (8/5/2024).

Adie kemudian menjelaskan bahwa Kemenperin sebetulnya menilai langkah PT Sepatu Bata TBk untuk menutup pabrik kurang tepat. Ini karena kondisi industri sepatu nasional tumbuh terus dengan kebijakan pengendalian terhadap impor barang jadi (konsumsi) dan jaminan bahan baku.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh karena itu, Kemenperin berharap setelah kondisi perusahaan membaik, suatu saat perusahaan bisa membuka kembali pabriknya di Indonesia dengan kapasitas yang lebih besar. Menurutnya, salah satu faktor yang menyebabkan PT Sepatu Bata Tbk menutup pabrik di Purwakarta adalah inefisiensi produksi dan produk yang tidak memenuhi selera konsumen sehingga perusahaan memilih untuk lebih fokus pada lini bisnis retail.

"Dari data yang ada, pabrik Sepatu Bata sebelum penutupan hanya menyisakan 233 orang karyawan dan produksi yang hanya 30% dari kapasitas. Di sisi lain terjadi juga penurunan produksi di pabrik tersebut, dari sebelumnya 3,5 juta pasang pada tahun 2018, menurun menjadi 1,15 juta pasang di tahun 2023. Dampaknya, PT Sepatu Bata Tbk mengalami peningkatan kerugian setiap tahun, terus menurunnya nilai aset, menurunnya ekuitas, serta liabilitas yang terus meningkat," kata Adie.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain kepada Kemenperin, PT Sepatu Bata Tbk menyampaikan bahwa pabrik di Purwakarta sebenarnya hanya bagian kecil dari keseluruhan bisnis perusahaan. Dari sisi produksi, jumlah produksi sepatu di Purwakarta masih kecil jika dibandingkan dengan produsen sepatu lain.

"Karenanya, menurut manajemen, penutupan pabrik Purwakarta merupakan langkah paling realistis," tulis Adie.

Selain itu, Adie mengungkap perusahaan berpendapat bahwa fokus pada bisnis retail saat ini penting untuk dilakukan. Sebab, perusahaan berupaya mengembalikan kinerja bisnis dan penjualan yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan.

Adie menyampaikan, PT Sepatu Bata Tbk berjanji strategi bisnis ini tetap menjamin produk yang dijual masih bersumber dari produsen dalam negeri yang selama ini bekerja sama dengan mereka, seperti PT Prestasi Ide Jaya dan enam pabrik lainnya. Strategi itu diharapkan dapat meningkatkan penjualan, yang pada gilirannya akan meningkatkan produksi di tujuh pabrik tersebut.

"Dengan strategi tersebut, meskipun terjadi penutupan pabrik, jumlah sepatu produksi dalam negeri yang dipasarkan oleh PT Sepatu Bata Tbk secara agregat tetap sama dan bahkan akan ditingkatkan," lanjut Adie.

Dalam dua tahun terakhir, Adie mengatakan penjualan Bata melalui toko-toko cenderung mengalami perbaikan. Manajemen pun menyampaikan bahwa merek di bawah naungan PT Sepatu Bata Tbk seperti North Star, Power, Marie Claire, Bubblegummers, dan Weinbrenner masih berada di hati konsumen serta preferensi yang cukup baik di mata konsumen.

"Kami melihat bahwa strategi ini penting bagi perusahaan, seperti halnya merek-merek besar sepatu global yang berfokus pada pengembangan produk dan merek," beber Adie.

Karenanya, Adie berharap Pemberlakuan Larangan dan Pembatasan (Lartas) untuk barang konsumsi alas kaki sesuai Permendag 36/2023 berikut perubahannya dapat melindungi pasar dalam negeri dari serbuan barang impor. Sehingga, penjualan produk dalam negeri akan terus tumbuh.

"Untuk PT Sepatu Bata Tbk, pemerintah juga terus mendorong agar meningkatkan ekspor dari hasil produksi dalam negeri sebagai bagian dari rantai pasok global merek Bata bersama afiliasinya di luar negeri," imbuhnya.

Simak Video: Menperin Ungkap Bata Tutup Pabrik-Jual Aset untuk Efisiensi

[Gambas:Video 20detik]




(rrd/rir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads