Faisal Basri Sebut Kinerja Industri Manufaktur Terus Merosot Gara-gara Hal Ini

Faisal Basri Sebut Kinerja Industri Manufaktur Terus Merosot Gara-gara Hal Ini

Retno Ayuningrum - detikFinance
Selasa, 16 Jul 2024 16:44 WIB
Ekonom dan politikus
Faisal Basri - Foto: Muhammad Ridho
Jakarta -

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri menyoroti kinerja Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang di saat industri manufaktur sedang mengalami penurunan. Menurutnya, Agus tidak serius dalam mengatasi masalah perindustrian.

Dia menilai hal ini terbukti dari kinerja industri manufaktur yang terus merosot. Tidak hanya industri tekstil, tapi juga industri keramik di mana ada beberapa perusahaan yang gulung tikar alias bangkrut.

"Banyak perusahaan bangkrut, bukan hanya keramik. Banyak yang bangkrut, tekstil bangkrut. Belum bisa pulih dari COVID-19, program restrukturisasinya sudah selesai," kata Faisal dalam acara Diskusi Publik, Jakarta, Selasa (17/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Faisal menyebut Menperin sekaligus petinggi partai Golongan Karya (Golkar) lebih sibuk kampanye. Alhasil, persoalan terkait industri dalam negeri menjadi tak terurus.

"Orang menterinya (Menteri Perindustrian Agus Gumiwang) sibuk kampanye, petinggi Golkar, mana ngurusin? Anda pernah dengar menteri perindustrian bikin pernyataan? Jarang dia, mungkin gak semua Anda tahu nama menteri perindustrian siapa," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, dia juga menyoroti rekomendasi Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) terkait penerapan bea masuk anti dumping (BMAD) sebesar 100-199% untuk produk keramik impor asal China. Menurutnya, usulan tersebut tidak masuk akal.

Dia bilang penyertaan faktor lain, yakni faktor perekonomian global dalam pertimbangan kebijakan tersebut dinilai tidak relevan.

"Nggak relevan lah masa KADI ngomong perekonomian global. Ini karena perekonomian global kok industri kita kesulitan gitu?" jelasnya.

Faisal menyebut terkait banyaknya pabrik ubin keramik yang bangkrut di tanah air lantaran kondisi industri di Indonesia memang sedang dalam keadaan goyah.

"Industrinya diganggu melulu. Industri manufaktur itu, kira-kira dalam periode observasi ini itu sepertiganya masih minus. Bukan keramik doang kalau pun minus. Industri lainnya juga minus terus. Sampai tahun 2022 lah ya (periode penyelidikan) masih banyak yang merah. Jadi ini tren industri," jelas dia.

(kil/kil)

Hide Ads