Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani mengajak negara-negara Eropa untuk berinvestasi di ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Pasalnya baru 2 negara yang telah berkomitmen untuk berinvestasi di ekosistem ini.
Rosan mengatakan Indonesia sedang fokus pada hilirisasi yang ditujukan untuk menciptakan nilai tambah bagi industri. Dari 28 komoditas untuk hilirisasi, pemerintah kini akan fokus terhadap 5 sampai 6 komoditas hilirisasi yang berdampak besar bagi ekonomi dan masyarakat.
Salah satunya yakni adanya hilirisasi pada komoditas nikel. Meskipun masih tahap awal, pemerintah Indonesia telah mendapatkan komitmen dari sejumlah investor untuk membangun ekosistem baterai kendaraan listrik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diantaranya yakni negara Korea Selatan dan China. Oleh karena itu ia mengajak negara-negara Eropa untuk berinvestasi di ekosistem baterai kendaraan listrik.
"Saat ini, sebagian besar investasi baterai EV berasal dari Korea Selatan dan Tiongkok, dan beberapa diskusi dari Amerika Serikat. Kami juga ingin lebih banyak investasi dari Eropa di sektor ini," katanya di Kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BPKM, Jakarta, Senin (9/12/2024).
Adapun sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk bersama perusahaan asal China dan Korea Selatan akan membangun pabrik baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Nilai investasinya sekitar Rp 80 triliun.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengatakan pembicaraan dengan perusahaan Korea dan China sedang berjalan.
"Kita dorong untuk (pabrik) EV battery-nya. Kita sudah ada pembicaraan dengan dua malah ya pada saat ini sudah final stage tapi mungkin saya tidak sampaikan dulu tapi ini adalah perusahaan Korea dan China," kata Rosan, di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta Selatan, Selasa (15/10/2024).
Rosan mengatakan, dalam waktu 1-2 bulan ini pemerintah akan merampungkan kesepakatan engan dua perusahaan tersebut. Dengan demikian, impelemntasi kebijakan bisa segera diterapkan. Namun, Rosan belum bisa mengungkap identitas investor tersebut.
"Investasinya itu hampir Rp 80 triliun, kurang lebih ya US$ 5,5 miliar. Jadi itu juga investasi yang sangat signifikan dan justru ada dua ya. Itu kerja sama dengan BUMN kita, kerja sama dengan PT Aneka Tambang sehingga insyaAllah ini bisa selesai," ujarnya.
(rrd/rrd)