Industri Etanol RI Terancam Mati Gara-gara Impor Bebas Tarif!

Industri Etanol RI Terancam Mati Gara-gara Impor Bebas Tarif!

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Rabu, 27 Agu 2025 15:48 WIB
Anak perusahaan ID FOOD, PT PG Rajawali II melakukan ekspor perdana etanol 95% ke Belanda. Etanol ini untuk kebutuhan farmasi.
Ilustrasi Impor Etanol/Foto: dok. ID FOOD
Jakarta -

Asosiasi Produsen Spiritus dan Ethanol Indonesia (Apsendo) menyebut Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 16 Tahun 2025 yang membebaskan impor etanol membuat komoditas tetes tebu petani dalam negeri tidak terserap dengan baik.

Kurangnya penyerapan tetes tebu atau kerap disebut molase ini membuat stok dalam negeri menumpuk di tangki-tangki penyimpanan. Padahal, komoditas bahan baku utama etanol ini lebih rentan jika disimpan dalam waktu lama.

Ketua Umum Apsendo, Izmirta Rachman, menjelaskan dalam setahun petani dalam negeri mampu memproduksi sekitar 1,2 juta ton molase. Dalam hal ini, biasanya industri etanol mampu menyerap sekitar 660 ribu ton tetes tebu, sementara sisanya akan diserap industri lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun karena ada pembebasan impor, industri etanol dalam negeri menjadi takut untuk menyerap tetes tebu petani. Sebab mereka tidak ingin mengalami kerugian lebih jauh kalau-kalau produk buatannya tak laku dibeli karena banjir impor.

"Kendalanya adalah di domestik ini, industri etanol kan membeli tetesnya petani dan tetesnya pabrik gula. Pada saat giling kita serap, kami itu punya stok yang banyak, tapi sekarang kami nggak berani menyerap," kata Izmirta usai acara Seminar Ekosistem Gula Nasional di Royal Kuningan Hotel, Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2025).

ADVERTISEMENT

"Kenapa? Karena kami takut dengan banjirnya impor dari luar negeri. Karena nanti siapapun bisa mengimpor termasuk Anda. Nanti semua pembeli etanol kami, industri farmasi, obat-obatan, kosmetik, akan langsung impor dari luar negeri," sambungnya.

Ia mengatakan sejauh ini industri etanol dalam negeri juga sudah kebanjiran impor utamanya dari Pakistan. Karena impor etanol dari negara ini dibebaskan dari tarif masuk yang membuat harganya jauh lebih murah dari etanol hasil produksi dalam negeri.

"Satu Pakistan yang 0%, yang kedua adalah Amerika coming soon dengan 0%. Tidak ada lagi yang membeli etanol produksi dalam negeri. Kenapa? Satu, tarifnya 0%, kedua harganya lebih murah dan ini akan mematikan industri domestik," paparnya.

Tak heran jika asosiasi pengusaha etanol sekarang ini juga ikut was-was saat tetes tebu petani dalam negeri tak terserap dengan baik. Bukan karena penumpukan stok molase, namun lebih karena kondisi ini menunjukkan bagaimana industri etanol Tanah Air sedang mengurangi produksi imbas kalah saing impor.

"Sehingga 660 ribu ton tetes petani yang harusnya kami offtake, itu tidak kami beli. Kenapa nggak kami beli? Karena kami terancam masa depan yang suram terkait dengan banjirnya barang import. Kami tidak berani membeli tetes saat giling yang banyak sekarang karena kami khawatir continuity masa depan industri kami karena ancaman barang import," jelasnya.

"Membeli bahan baku untuk industri bukan seperti pedagang, beli-jual, beli-jual nggak. Kami membeli saat giling, kami simpan dan kami produksi etanol bukan satu hari dua hari. Continuous production selama satu tahun. Tetapi sekarang semua anggota kami menurunkan kapasitas, mengurangi produksi, menjaga diri, bahkan sudah mulai berpikir untuk ikutan import," terang Izmirta.

Tonton juga video "Santai Saja Perang Tarif, Kita Masih Untung" di sini:

(igo/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads