Taiwan menolak usulan Amerika Serikat (AS) untuk memindahkan separuh kapasitas produksi chip ke Negara Paman Sam. Pernyataan tersebut ditegaskan oleh Wakil Perdana Menteri (PM) Taiwan Cheng Li-chiun.
Taiwan menolak memindahkan 50% produksi semikonduktornya ke AS. Hal ini mengingat produk tersebut punya posisi vital untuk berbagai hal mulai dari elektronik dan iPhone hingga pelatihan kecerdasan buatan dan sistem persenjataan.
"Tim negosiasi kami tidak pernah berkomitmen untuk membagi chip secara merata, jadi publik bisa tenang," ujar Cheng dikutip dari CNN, Sabtu (4/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemampuan produksi Chip dipandang sebagai perisai yang dapat mencegah potensi invasi dari China dan menggalang dukungan internasional untuk keamanannya. Selain penolakan, para pejabat dan pakar partai oposisi juga menyuarakan kritik.
Sementara itu, AS semakin khawatir terhadap ketergantungannya pada chip asal Taiwan. Dalam hal ini, raksasa chip TSMC merupakan pemasok sebagian besar semikonduktor canggih dunia kepada klien-klien besar seperti perancang cip AI Nvidia dan Apple.
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick sebelumnya telah menuntut agar Taiwan membagi produksi chipnya secara merata antara fasilitas domestik dan AS. Kondisi ini menambah ketegangan baru dalam perundingan perdagangan AS-Taiwan yang sedang berlangsung.
Dalam wawancara NewsNation, Lutnick merujuk pada konsep perisai, dengan mengatakan bahwa AS membutuhkan 50% dari produksi chip domestik untuk melindungi Taiwan.
"Argumen saya kepada mereka adalah, nah, jika Anda memiliki 95%, bagaimana saya akan mendapatkannya untuk melindungi Anda? Anda akan memasangnya di pesawat? Anda akan memasangnya di kapal? Jika kami memiliki setengahnya, kami memiliki kapasitas untuk melakukan apa yang perlu kami lakukan, jika memang diperlukan" katanya, merujuk pada persentase kasar produksi chip canggih global di Taiwan.
Lutnick menambahkan, AS telah berdiskusi mengenai proposal tersebut dengan Taiwan. Ia juga menyebut, tujuan Pemerintahan Trump untuk meningkatkan pangsa pasar chip buatan AS menjadi 40% atau mungkin 50%.
Respons Taiwan
Namun demikian, Cheng merespons dengan menyampaikan bahwa gagasan tersebut tidak masuk dalam putaran terakhir diskusi bilateral. Tidak jelas apakah TSMC terlibat dalam negosiasi antara AS dan Taiwan. TSMC menolak berkomentar.
Sementara itu, pada hari Senin, legislator dari partai oposisi Kuomintang (KMT), Hsu Yu-chen, mengecam tuntutan AS sebagai perampasan langsung alih-alih kerja sama. Ia juga mendesak pemerintah untuk menolak tuntutan yang menurutnya sama saja dengan mengkhianati negara.
"Jika AS memaksakan pembagian kapasitas produksi TSMC yang paling canggih, efektivitas perisai akan melemah, dan pengaruh keamanan strategis Taiwan akan hilang sepenuhnya. Taiwan membutuhkan sekutu, tetapi bukan sekutu yang hanya peduli pada keamanan mereka sendiri sementara mengabaikan kelangsungan hidup Taiwan," ujarnya dalam sebuah pernyataan.
Lalu pada hari Rabu, pemerintahan Taiwan mengatakan bahwa putaran kelima negosiasi perdagangan yang baru saja berakhir di AS telah mencapai kemajuan yang pasti. Para pejabat berupaya mencapai tujuan pengurangan tarif AS atas barang-barang Taiwan dari tingkat saat ini sebesar 20%.
Sedangkan dalam negeri Taiwan, daftar tuntutan AS yang terus bertambah membebani hubungan dengan negara ekonomi raksasa Asia Timur tersebut. Kondisi ini juga dinilai berisiko semakin memperburuk sentimen publik Taiwan terhadap AS.
Sedikit mundur ke belakang, pada 2020, TSMC menanggapi tuntutan AS dan mengumumkan investasi inovatif sebesar US$ 12 miliar untuk membangun fasilitas pembuatan chip canggih di Phoenix. Lalu awal tahun ini, TSMC secara drastis meningkatkan total investasinya menjadi US$ 165 miliar dengan tambahan pabrik.
Langkah-langkah ini telah memicu ketakutan dan kepasrahan di kalangan masyarakat Taiwan. Beberapa di antaranya menganggap AS menggunakan tekanan politik untuk merampas Taiwan dari juara industri yang dibanggakan dan daya saing intinya.
Sejumlah pakar meyakini, investasi signifikan dan pergeseran kapasitas ke AS pasti akan melemahkan ekosistem Taiwan sendiri. Hal ini meskipun ada manfaat jangka pendek, Taiwan kemungkinan mendapat tarif ekspor yang relatif rendah ke AS.