Sektor Hilirisasi Diklaim Mampu Bawa Duit Rp 10.245 T Masuk RI

Sektor Hilirisasi Diklaim Mampu Bawa Duit Rp 10.245 T Masuk RI

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Rabu, 15 Okt 2025 18:00 WIB
BUMN percetakan uang, Perum Peruri dibanjiri pesanan cetak uang dari Bank Indonesia (BI). Pihak Peruri mengaku sangat kewalahan untuk memenuhi pesanan uang dari BI yang mencapai miliaran lembar. Seorang petugas tampak merapihkan tumpukan uang di cash center Bank Negara Indonesia Pusat, kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (21/10/2013). (FOTO: Rachman Haryanto/detikFoto)
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM telah menetapkan empat sektor hilirisasi prioritas yakni mineral dan batu bara (minerba), minyak dan gas bumi, perikanan dan kelautan, perkebunan dan kehutanan.

Direktur Strategi dan Tata Kelola Hilirisasi Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Ahmad Faisal Suralaga, mengatakan empat sektor ini menjadi prioritas karena mampu menghasilkan 28 komoditas berorientasi ekspor, substitusi impor, dan peningkatan nilai tambah dalam negeri.

Namun yang terpenting, ia mengatakan keempat sektor hilirisasi ini memiliki peluang investasi yang sangat besar hingga US$ 618,1 miliar atau Rp 10.245,62 triliun (kurs Rp 16.576/dolar AS), dan membantu penciptaan lapangan kerja baru untuk 3 juta pekerja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang paling penting sebenarnya ketika hilirisasi dari empat bidang ini terealisasi menurut kajian kami itu akan menciptakan potensi di investasi sebesar US$ 618 miliar dan juga menciptakan tenaga kerja lebih dari 3 juta tenaga kerja," kata Ahmad dalam Minerba Convex 2025 di Jakarta Convention Center, Rabu (15/10/2025).

ADVERTISEMENT

Secara rinci, di sektor mineral dan batu bara Indonesia memiliki potensi investasi hingga US$ 498,4 miliar atau Rp 8.261,47 triliun. kemudian untuk potensi investasi sektor minyak dan gas sebesar US$ 68,3 miliar atau Rp 1.132,14 triliun, sektor perikanan dan kelautan sebesar US$ 15,3 miliar atau Rp 253,61 triliun, sektor perkebunan dan kehutanan sebesar US$ 36,1 miliar atau Rp 598,39 triliun.

Tak hanya itu, dalam paparnya Ahmad menunjukkan jika keempat sektor hilirisasi ini benar terwujud, Indonesia berpotensi menghasilkan produk ekspor hingga US$ 857,6 miliar atau Rp 14.215,57 triliun. Serta nilai tambah ekonomi lainnya sebesar US$ 235,9 miliar atau Rp 3.910,27 triliun.

"Dalam konteks strategi apa yang kami coba kembangkan, saat ini kami mencoba mengembangkan dari segi ekosistem.
Artinya kami memastikan hilirisasi itu, memastikan nilai tambah ada di dalam negeri. Jadi pendekatannya ekosistem," ucapnya.

"Mungkin sebagai contoh ada ekosistem baterai kendaraan listrik. Kita patut berbangga karena kita merupakan satu-satunya negara yang sudah terbangun ekosistem dari mulai pertambangan sampai dengan sel baterai, dan ini juga akan dikembangkan sampai dengan recycling," sambung Ahmad.

(igo/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads