Produksi Sawit Diprediksi Naik 10% hingga Akhir Tahun

Produksi Sawit Diprediksi Naik 10% hingga Akhir Tahun

Andi Hidayat - detikFinance
Selasa, 28 Okt 2025 15:31 WIB
Pekerja menunjukkan buah kelapa sawit usai dipanen di kawasan PT Perkebunan Nusantara IV, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (24/10/2024). Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan ketersediaan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih sangat mencukupi untuk bahan baku biodiesel 50 persen (B50) dengan tingkat produksi CPO di Indonesia pada tahun 2024 sekitar 46 juta ton, sedangkan yang dibutuhkan untuk pembuatan B50 hanya 5,3 juta ton. ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/tom.
Foto: Antara Foto/Fransisco Carolio
Jakarta -

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menargetkan produksi minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) hingga akhir tahun 2025 tumbuh 10%. Sebelumnya, GAPKI menargetkan pertumbuhan hanya sekitar 5% hingga akhir tahun ini.

Sekretaris Jenderal GAPKI, M Hadi Sugeng Wahyudiono, menjelaskan CPO hingga Agustus tumbuh 13% menjadi 39,03 juta ton dari 34,52 juta ton di periode yang sama tahun sebelumnya. Produksi hingga akhir tahun diprediksi sekitar 56-57 juta ton atau naik sekitar 10% dari 52,76 juta ton di akhir tahun 2024.

"Untuk produksi kita ada tumbuh 13% year on year menjadi 39 juta ton, mudah-mudahan tahun ini kita masih tumbuh dibandingkan tahun lalu, perkiraan kami sekitar 10% ya bisa 56-57 juta ton," terang Hadi dalam konferensi persnya di kantor Pusat GAPKI, Selasa (28/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hadi menjelaskan, optimisme pertumbuhan produksi CPO naik karena ada dua faktor penopang. Pertama, faktor cuaca di mana tahun ini cenderung tidak ada kering atau hujan yang berkepanjangan. Selain itu, harga CPO tahun ini cenderung lebih baik dibanding tahun lalu.

"Ini yang kami lihat adalah ada 2 faktor, yang pertama adalah faktor cuaca. Cuaca sepanjang tahun 2024 dan di 2025 kondusif tidak ada kering ataupun hujan yang berkepanjangan. Kemudian yang kedua itu juga adanya harga yang bagus," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Nilai ekspor produk sawit naik dari US$ 3,690 miliar di bulan Juli menjadi US$ 3,819 miliar pada bulan Agustus atau naik sebesar 3,50%. Secara tahunan hingga Agustus, nilai ekspor 2025 mencapai US$ 24,785 miliar lebih tinggi 42,88% dari ekspor tahun 2024 sebesar US$ 17,347 miliar.

"Kalau kita bandingkan harga minyak sawit dengan minyak nabati lain, minyak sawit adalah termasuk tertinggi. Nah ini adalah menjadi PR kita bersama, karena sebelumnya kita dikenal minyak sawit itu adalah minyak yang murah tetapi kenyataanya di tahun lalu minyak sawit itu bakal lebih mahal dibandingkan minyak nabati yang lain," jelasnya.

Kemudian untuk peningkatan nilai ekspor terjadi karena harga rata-rata Januari-Agustus tahun 2025 sebesar US$ 1.204/ton Cif Rotterdam yang lebih tinggi dari rata-rata periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni sebesar US$ 1.009/ton Cif Rotterdam. Adapun total ekspor produk sawit pada bulan Agustus turun menjadi 3.473 ribu ton atau sekitar 1,81% dari ekspor bulan sebelumnya sebesar 3.537 ribu ton.

Penurunan ekspor terbesar terjadi pada CPO menjadi 494 ribu ton dari 626 ribu ton pada bulan Agustus sebesar 21,09%. Kemudian ekspor oleokimia yang turun menjadi 436 ribu ton dari 438 ribu ton pada bulan Agustus atau sekitar 0,46%.

Sedangkan ekspor minyak sawit olahan mengalami kenaikan menjadi 2.343 ribu ton dari 2.307 ribu ton pada bulan Agustus atau sekitar 1,56%. Kenaikan ekspor lainnya juga terjadi pada olahan minyak inti sawit sebesar 199 ribu ton dari 164 ribu ton pada bulan Agustus atau sekitar 21,34%.

Kemudian untuk total konsumsi dalam negeri mengalami peningkatan dari 2.034 ribu ton di bulan Juli menjadi 2.100 ribu ton pada bulan Agustus. Peningkatan terbesar terjadi pada konsumsi biodiesel yang naik menjadi 1.111 ribu ton atau sekitar 5,71% dari bulan sebelumnya sebesar 1.051 ribu ton.

Konsumsi pangan juga naik menjadi 806 ribu ton dari 798 ribu ton pada bulan sebelumnya atau naik sebesar 1,00%. Namun, konsumsi oleokimia turun sekitar 1,08% menjadi 183 ribu ton dari 185 ribu ton pada bulan sebelumnya.

Tonton juga video "Kejagung Geledah Bea Cukai Terkait Kasus Limbah Minyak Kelapa Sawit" di sini:

(acd/acd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads