Pengusaha Sebut Banyak Sepatu Dilabeli Produk Lokal, tapi Barangnya dari China

Pengusaha Sebut Banyak Sepatu Dilabeli Produk Lokal, tapi Barangnya dari China

Ilyas Fadilah - detikFinance
Kamis, 13 Nov 2025 15:33 WIB
Ketua Gabungan Pengusaha Industri Alas Kaki Nusantara (HIPAN), David Chalik
Ketua Gabungan Pengusaha Industri Alas Kaki Nusantara (HIPAN), David Chalik - Foto: detikcom/Ilyas Fadilah
Jakarta -

Ketua Gabungan Pengusaha Industri Alas Kaki Nusantara (HIPAN), David Chalik membeberkan sederet masalah yang dialami industri dalam negeri. Salah satu yang disinggung adalah maraknya barang impor yang berasal dari China dan Vietnam.

Menurut David, sepatu impor mempengaruhi harga dan margin produsen dalam negeri. Harga sepatu impor juga jauh lebih murah dan membuat produk dalam negeri sulit bersaing di pasaran.

"Yang pertama adalah adanya tekanan impor dari China, Vietnam yang mempengaruhi harga dan margin lokal kami, yang membuat kami jadi agak sulit bersaing," ujarnya dalam rapat dengan Komisi VII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (13/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua adalah maraknya sepatu impor ilegal yang masuk lewat berbagai jalur, salah satunya thrifting. Ketiga, harga produk lokal yang kurang kompetitif. David menyebut kondisi ini membuat beberapa merek lokal mengambil sepatu yang dibuat di China.

ADVERTISEMENT

"Soalnya sekarang banyak sepatunya mereknya lokal, tapi ambilnya dari China. Itu banyak-banyak sekarang. Jadi kalau kami yang masuk dalam HIPAN ini yang pasarnya lokal, brandnya brand lokal, tapi harus buat sepatunya di dalam negeri. Itu salah satu syarat masuk dalam HIPAN. Jadi ini tantangan buat kami, sehingga kami punya masalah dalam hal harga jual kami masih belum kompetitif," bebernya.

Hal lain yang dikeluhkan adalah mesin produksi yang butuh peremajaan. Permodalan ke perbankan juga disebut karena Industri Kecil Menengah (IKM) kerap dianggap sebagai produsen besar meskipun kenyataannya tidak seperti itu.

Ia juga mengeluhkan sulitnya memasukkan komponen pendukung sepatu yang tidak diproduksi dalam negeri. David menjelaskan, dalam satu sepatu ada sekitar 30 komponen yang dibutuhkan. Namun beberapa komponen sulit masuk pasar dalam negeri karena adanya kebijakan larangan terbatas (lartas).

"Misalnya sepatu saja kami punya 30 komponen, ini kejadian kemarin hal simpel sekali. Kita tahu ada sepatu sekarang modelnya pakai putran, Pak. Ya, dia pakai putran. Namanya lay system. Jadi saya masukkan lay system itu ke Indonesia nggak bisa, kena lartas karena ada kawatnya, Pak. Dia bilang itu masuk HS Code-nya kawat baja. Jadi kami nggak bisa masuk," tutupnya.

Simak juga Video Kapolri Kunjungi Pabrik Sepatu di Balaraja, Bicara Tantangan Global

(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads