Daftar 5 Pabrik Tekstil yang Tutup hingga PHK 3.000 Orang

Daftar 5 Pabrik Tekstil yang Tutup hingga PHK 3.000 Orang

Retno Ayuningrum - detikFinance
Senin, 01 Des 2025 07:35 WIB
Closeup woman holding brown paper envelope in a Cardboard box  standing in office.
Ilustrasi - Foto: Getty Images/nathaphat
Jakarta -

Pengusaha tekstil menyampaikan sebanyak lima pabrik tekstil berhenti produksi dan tutup sepanjang 2025. Hal ini berimbas kepada sekitar 3.000 orang yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat & Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Farhan Aqil Syauqi menilai industri hulu tekstil dalam negeri mengalami penurunan produksi yang signifikan. Menurutnya, hal ini menjadi tanda deindustrialisasi terjadi di Indonesia.

"Tutupnya 5 perusahaan tersebut disebabkan kerugian serius akibat penjualan yang tidak maksimal di pasar domestik. Banjirnya produk impor dengan harga dumping berupa kain dan benang jadi faktor utama tutupnya perusahaan ini," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (30/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini ada 6 pabrik lainnya yang produksinya sudah di bawah 50%, bahkan sudah ada yang on-off. 5 mesin polimerisasi sudah stop, tidak produksi lagi," tambah Farhan.

ADVERTISEMENT

Farhan memperkirakan penutupan pabrik tekstil lainnya masih dapat berlanjut pada 2026 jika pemerintah tidak bisa mengontrol dan memberikan transparansi ke publik terkait di balik penerima kuota impor paling banyak. Menurutnya, pemerintah tentu mengetahui karena setiap adanya produk impor yang masuk melalui pelabuhan besar, maka akan tercatat di dalam sistem bea cukai.

"Data itu mudah untuk didapatkan bagi pemerintah. Ini kami tinggal tunggu action-nya saja. Karena jika tidak ada tindakan korektif, 6 perusahaan lainnya akan menyusul bangkrut karena tidak bisa menjual produknya di pasar domestik. Selain itu, anggota kami tidak bisa menentukan rencana produksi di tahun depan karena tidak ada transparansi kuota impor yang diberikan pemerintah. Deindustrialisasi benar-benar terjadi," imbuh Farhan.

Farhan juga mengapresiasi tindakan Menteri Keuangan yang berkomitmen untuk menghentikan laju impor ilegal. Penyelidikan impor thrifting diyakini bisa membongkar praktik kecurangan dalam mekanisme tata niaga impor.

"Dalam impor thrifting itu bisa ketahuan siapa pengimpornya hingga backing-backing-nya. Penegak hukum juga bisa didalami siapa menyebabkan kerugian negara, kami meyakini bahwa birokrat yang terlibat sama-sama saja dan sudah terafiliasi dengan matang," jelas Farhan.

Berikut lima perusahaan yang tutup:

1. PT. Polychem Indonesia yang memproduksi tekstil di Karawang
2. PT. Polychem Indonesia di Tangerang
3. PT. Asia Pacific Fibers yang memproduksi serat polyester di Karawang
4. PT. Rayon Utama Makmur yang merupakan bagian Sritex Group yang memproduksi serat rayon
5. PT. Susilia Indah Synthetics Fiber Industries (Sulindafin) yang memproduksi serat & benang polyester di Tangerang.

Lihat juga Video 'Dorong Penggunaan AI, HP Berencana PHK 6 Ribu Pekerja di 2028':

(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads