Peserta sosialisasi sendiri berisi para pengguna Tol JORR yang kebanyakan dari perusahaan angkutan umum, logistik dan pengelola kendaraan besar. Para peserta kebanyakan mengaku siap mengikuti kebijakan tersebut, namun mereka masih menemukan kendala.
Seperti perwakilan dari PT Dakota Buana Semesta (Dakota Cargo) yang mengeluhkan tidak keluarnya struk bukti pembayaran saat melakukan pembayaran menggunakan uang elektronik. Padahal struk sangat dibutuhkan bagi perusahaan logistik untuk keperluan administrasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sama seperti Diah, Ridwan yang berasal dari salah satu perusahaan produsen minyak kelapa sawit juga mengeluhkan hal serupa. Bahkan ada pengemudinya sampai memungut struk bekas di jalan demi memenuhi persyaratan administrasi kantornya.
"Sampai driver kita mungkin berbohong dia ambil struk yang jatuh yang jamnya hampir sama. Ini kan tidak mencerminkan budaya yang baik. Usul saja. Kalau tidak keluar struk mungkin bisa akses kemana," ujarnya.
Direktur Utama PT JLJ Riki Distawardhana menanggapinya dengan memohon maaf atas kejadian tersebut. Dia mengakui memang terkadang terjadi kendala seperti kertas struk yang habis atau kendala teknis pada mesin.
"Tapi kami sudah instruksikan petugas di lapangan selalu monitor mesin. Ke depan kalau kartu enggak keluar kita akan tutup gerbangnya terlebih dahulu sampai dilakukan pembenahan," jawabnya.
Riki menghimbau jika pengendara kendaraan besar tidak mendapatkan struk bisa mendatangi kantor JLJ yang ada di gerbang Tol JORR. Lalu meminta petugas untuk melacak setiap transaksi dengan menggunakan nomor kartu uang elektronik.
Selain itu, dia juga mengimbau agar perusahaan melakukan pengecekan melalui internet banking dari bank penyedia layanan uang elektronik yang digunakan.
"Lewat dua cara itu kita bisa lacak setiap transaksi. Tapi memang membutuhkan waktu," tukasnya. (dna/dna)