Jalan tol di Jabodetabek menunjukkan penggunaan non tunai tertinggi, mencapai 84%. Angka ini diperkirakan didorong adanya penerapan 100% transaksi non tunai di sejumlah gerbang tol secara bertahap sejak awal September lalu.
Sementara jalan tol lainnya di Jawa (non Trans Jawa) baru mencapai 55% dan di luar Jawa 62%. Angka ini mengalami lonjakan yang cukup tinggi dibanding posisi pada September lalu yang jumlahnya 49% secara keseluruhan.
Sebelumnya, Kepala BPJT, Herry Trisaputra Zuna mengatakan, langkah sosialisasi yang belakangan gencar dilakukan dan penerapan transaksi non tunai penuh secara bertahap di gerbang tol cukup banyak membantu.
"Kalau kita bandingkan dulu kan, dari 2008 dilakukan transaksi non tunai, prosesnya alami saja. Sekarang kan kita seriusin. Kebutuhan kartu, ketersediaan alat, dan tahapan-tahapan menuju 100% sudah kita lakukan. Tapi tetap masih harus didorong untuk bisa lebih meningkatkan penetrasinya," kata Herry beberapa waktu lalu.
Masyarakat sendiri diharapkan bisa segera membiasakan diri menggunakan uang elektronik agar tujuan kelancaran transaksi di gerbang tol dengan penggunaan uang elektronik bisa dicapai. Dia bilang, persiapan menuju penerapan 100% non tunai telah dilakukan seluruhnya, mulai dari ketersediaan alat pembaca kartu, penjualan kartu di gerbang tol hingga fasilitas top up.
Di akhir Oktober nanti, dipastikan tak ada lagi penerimaan transaksi tunai di gerbang tol. Hal tersebut sesuai dengan aturan Menteri PUPR yang tertuang dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 16/PRT/M/2017.
"Kalau 31 itu kan kita menyiapkan kondisi semua transaksi non tunai. Artinya pada waktu itu, bayangan saya sudah tidak ada lagi pengembalian. Yang disiapkan kartunya tersedia, orang yang membantu. Jumlah kartu bolak balik kita pastikan," jelas Herry.
(eds/dna)