"Kereta sama beroperasinya (dengan Pelabuhan Kuala Tanjung) pada Maret 2018," ujar Budi usai meninjau jalur kereta api Bandar Tinggi-Kuala Tanjung, Jumat malam (24/11/2017).
Menurut Budi, yang krusial dari pembangunan kereta api Bandar Tinggi-Kuala Tanjung yakni tanahnya milik PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Inalum dan PT Samudera Indonesia. Untuk Inalum direksinya sudah datang ke lokasi peninjauan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang susah itu, kalau kita enggak ada koneksi ya gitu. Mestinya tanah selesai. Kalau konstruksi bisa diselesaikan, yang lain-lain konsinyasi," kata Budi.
Budi menambahkan, kereta api Bandar Tinggi-Kuala Tanjung untuk penumpang dan barang. Namun kereta tersebut penekanannya untuk barang.
Jalur kereta api tersebut akan mendukung konektivitas Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei menuju Pelabuhan Kuala Tanjung. Hal ini agar dapat menarik investor berinvestasi di kawasan tersebut. Saat ini angkutan barang dari KEK Sei Mangkei harus melewati Pelabuhan Belawan sejauh 140 km dengan waktu tempuh kurang lebih 4 jam.
Dengan adanya jalur kereta api Bandar Tinggi-Kuala Tanjung, maka angkutan barang tidak akan melewati Pelabuhan Belawan tetapi melewati Pelabuhan Kuala Tanjung dengan jarak tempuh menjadi 40 km dan waktu tempuh kurang lebih 1 jam.
Potensi minyak sawit mentah yang bisa diangkut lewat kereta api jalur Bandar Tinggi-Kuala Tanjung setiap tahun mencapai 1,97 juta ton dari produksi CPO Sumut sebesar 4,6 juta ton. (nwy/hns)











































