Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono berpendapat, hal tersebut terjadi lantaran volume kendaraan yang melewati jalan tol sudah melebih kapasitas yang ada. Seharusnya, masyarakat bisa lebih banyak memiliki alternatif jalan lainnya selain tol, tapi jalan alternatif pun terlanjur sudah keburu padat untuk dilalui.
"Memang kita terlambat bangunnya. Terlambat bangunnya. Saya kan tinggal di Bekasi dari 1995, jadi saya tahu perkembangannya. Masuk kantor jam 9 saja, musti berangkat dari jam 6 pagi. Apa lagi yang mau naik pesawat (ke Bandara)," katanya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (6/12/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya dari pada saya diam, malah enggak etis kalau ada macet, malah enggak berbuat apa-apa. Makanya Bina Marga perbaiki-perbaiki itu jalan," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna mengatakan, pihaknya tengah berpikir untuk melakukan metode ramp metering di jalan tol. Hal ini dilakukan untuk membatasi masuknya kendaraan ke dalam tol jika volume kendaraan telah melampaui kapasitas.
"Macet ini kan karena kapasitasnya sudah terlampaui. Kalau kita enggak mau macet, yang masuk harus kita batasi. Mungkin ke sana nanti arah kebijakannya, di ramp metering. Cuma nanti kan jalan sekitarnya malah jadi macet. Tapi yang bayar akan jalan dengan cepat. Nanti kita kaji kemungkinannya," tandasnya. (eds/dna)











































