Direktur Pengembangan Jalan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR, Rachman Arief Dienaputra mengatakan, jalan-jalan dengan kategori berbahaya juga ada di Indonesia. Namun kata berbahaya di sini artinya memerlukan kewaspadaan yang cukup tinggi, meskipun pemerintah juga telah memitigasi resiko kecelakaan dengan berbagai upaya.
"Jalan-jalan yang kita buat pasti memenuhi syarat aspek keselamatan. Untuk jalan-jalan yang kategori berbahaya, katakanlah kategori jalan yang blackspot, kita ada pengaturan-pengaturan dengan rambu-rambu, atau kalau misalnya ada belokan yang tajam, yang sering terjadi kecelakaan, kita lengkapi dengan rambu dan peredam kejut. Sehingga saat dia mendekati belokan yang tajam, dia akan memperlambat kendaraannya, atau ada rambu-rambu yang menunjukkan ada belokan tajam dan tanjakan curam," katanya kepada detikFinance saat dihubungi di Jakarta, Rabu (3/1/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jalan berbahaya ini maksudnya yang membutuhkan kewaspadaan yang tinggi dalam melaluinya. Misalnya belokan tajam, tanjakan curam, turunan yang tajam, seperti itu yang butuh kehati-hatian dari pengendara jalan," ucapnya.
Beberapa jalan yang memerlukan tingkat kewaspadaan yang cukup tinggi di Indonesia, di antaranya jalan Tanjakan Selarong di jalur puncak Bogor. Jalan ini memiliki tanjakan dan turunan yang cukup tajam sehingga perlu kesiapan rem kendaraan yang mantap.
"Di daerah itu sering remnya blong. Jalannya tajam, harusnya remnya bagus. Itu berhubungan. Untuk hindari kendaraan yang remnya blong, kita buat escape rem. Jadi si kendaraan bisa dialihkan jalannya ke tempat yang disiapkan itu pada saat remnya blong. Sehingga tidak nyeruduk bangunan. Jadi ada lokasinya untuk berpindah trase," jelas dia.
Ada pula jalan Lintas Sumatera Besitang yang ada di daerah Langkat. Selain ada tikungan yang cukup tajam, di daerah ini pun rawan perampokan.
"Tikungan cukup tajam di sana. Kita sudah perbaiki dengan melebarkan bahu jalan di sana supaya jarak pandang lebih luas. Karena kan tebing saat pembangunan jalan enggak bisa langsung dibuka semua. Pada saat dana cukup, kita perlebar bahu jalannya supaya pandangan pengemudi cukup lebar lagi," ucapnya.
Lokasi lainnya adalah jalan-jalan yang berada di tepi jurang seperti di daerah Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur. Untuk mengantisipasi ini, dilakukan pelebaran jaran dan memperkecil derajat kemiringan jalan setiap tahunnya sesuai kemampuan pendanaan hingga pemberian rambu jalan untuk mengingatkan pengemudi.
"Jadi kita atasi dengan menambah pandangan samping, supaya pengemudi bisa lebih leluasa memandang ke samping, grade yang cukup tajam kita kurangi. Kalau jalannya curam, kita coba turunkan grade-nya secara bertahap sesuai dengan pendanaan," tukas dia. (eds/ang)