Proses konstruksi sendiri baru dilakukan di beberapa titik, tidak hanya di Walini saja.
"Konstruksinya kurang lebih 5% sampai 10%. Kalau itu kan tidak bisa dikatakan berapa panjang sudah dilakukan karena variatif karena pekerjaan terowongan," kata Plt Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwi Windarto di Kemenko Maritim, Jakarta Pusat, Selasa (20/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwi menambahkan, konstruksi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dilakukan di Walini dengan pembangunan dua terowongan. Serta di Halim, Jakarta Timur juga dilakukan pembangunan terowongan.
"Sudah konstruksi di Walini ada tunnel (terowongan) Walini, kemudian tunnel 8, kemudian ada tunnel 1 di Halim. Pekerjaan beijing plant kemudian stock yard fabrikasi sudah dilaksanakan lokasi di Cimahi ada Walini ada Padalarang juga ada," tutur Dwi.
Dwi menambahkan, pekerjaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang menelan dana US$ 6,071 miliar, 25% di antaranya berasal dari ekuitas KCIC dan 75% dari pinjaman China Development Bank (CDB). Pinjaman yang dicairkan pun sejalan dengan ekuitas yang dikeluarkan perusahaan dengan perbandingan 1:3.
"Pendanaan proyek ini 25% ekuitas 65% pinjaman jadi akan proporsional seperti itu," kata Dwi.
Ia mengaku optimistis pinjaman tahap pertama dari CDB sebesar US$ 500 juta bisa cair Maret ini. Pasalnya, persyaratan pembebasan lahan sudah mencapai 54% atau sudah sesuai persyaratan.
"Lahannya sudah 54%," pungkas Dwi. (ara/eds)