Hal tersebut diungkapkan oleh Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso usai rapat koordinasi di kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Jumat (9/3/2018).
"Baru ini Greenfield. Pure dari swasta. Anggaran ya investasi belum dipikirkan ada swasta murni, purely swasta yang berminat menanamkan investasi," kata Agus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebutkan proses pembangunan Bandara Kediri masih dalam tahap usulan izin prinsip dari Kementerian Perhubungan. Untuk mendapatkan izin tersebut pihak investor juga telah mengirimkan hasil feasibility studi (FS).
Setelah mendapatkan izin prinsip, tahap selanjutnya adalah mengusulkan izin tersebut kepada pemerintah daerah untuk menerbitkan penetapan lokasi (penlok).
"Kami dari Kemenhub tidak bisa menetapkan sendiri tanpa adanya rekomendasi dari pemda setempat. Saat ini RT/RW sedang dibuat, karena RT/RW skrg akan ditentukan tempat lokasi sebagai RT RW untuk diteruskan ke pembangunan bandar udara," jelas Agus.
Mengenai nilai investasinya, Agus memprediksi kurang dari Rp 7,5 triliun-Rp 8 triliun. Bandara tersebut juga akan dibangun di atas lahan seluas 450 hektar. Dia juga membenarkan Gudang Garam menjadi swasta yang berminat membangun bandara baru tersebut.
"Swasta (gudang garam), nanya lagi ternyata sudah tahu lebih dulu," ungkap dia.
Tidak hanya itu, Agus mengatakan usulan pembangunan Bandara Kediri ini juga menjadi inisiatif pihak swasta dalam hal ini Gudang Garam.
"Iya inisiatif dari mereka. Inisiatif mereka kita lihat, kan kalau greenfield kita lihat ininya seperti apa, perkembangannya, yang palling penting rekomendasi dari pemda," tutur dia. (zul/zul)