Wika Bakal Renovasi Istana Presiden Niger Senilai Rp 1 Triliun

Wika Bakal Renovasi Istana Presiden Niger Senilai Rp 1 Triliun

Muhammad Idris - detikFinance
Rabu, 11 Apr 2018 10:13 WIB
Ilustrasi/Foto: Rengga Sancaya
Nusa Dua - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA terus menambah proyek-proyek yang digarapnya di Benua Afrika. Teranyar, BUMN konstruksi tersebut bakal menggarap proyek renovasi istana kepresidenan di Nigeria senilai US$ 80 juta atau setara Rp 1,08 triliun (kurs: Rp 13.500/dolar) .

Division Manager Overseas Departement Wika, Bimo Prasetyo, mengatakan proyek-proyek yang akan digarap tersebar di tiga negara. Wika juga masih menjajaki negosiasi dan tender dengan negara-negara Afrika lainnya.

"Jadi prinsipnya konstruksi yang jadi bisnis Wika yang dikejar di Afrika itu building antara lain housing, perkantoran, dan komersial. Kemudian infrastruktur seperti jalan dan jembatan. Yang baru kita dapat renovasi president palace Niger senilai US$ 80 juta," kata Bimo kepada detikFinance, Rabu (11/4/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemudian ada MoU dengan Zambia untuk beberapa proyek. Di Jakarta nanti ada signing dengan Zimbabwe, Mozambik dan Djibouti untuk pembangunan gedung expo center dan housing. Negara lainnya masih banyak, tapi masih negosiasi dan lelang," imbuhnya.

Bimo bilang, penetrasi pasar konstruksi di Afrika dilakukan dengan kesepakatan langsung dengan sejumlah pemerintah di sana, sisanya merupakan kerja sama dengan kontraktor lokal.

"Di Aljazair yang sudah berjalan 5.300 unit rumah modelnya Wika berkontrak langsung dengan pemerintah di sana lewat Kementerian Perumahan. Yang lain seperti Niger dan Djibouti dengan pemerintah, di Somalia kita ditawari kerja sama mitra lokal. Proyek di Afrika yang sudah berjalan saat ini sudah Rp 2,1 triliun," ungkapnya.



Lanjut dia, prospek pasar konstruksi di Afrika sangat besar. Selain ekonominya yang terus mengalami pertumbuhan, belum banyak pemain konstruksi besar yang beroperasi di sana. Pihaknya pun diuntungkan dengan sokongan kredit ekspor dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank.

Diungkapkannya, pendanaan dari Indonesia Eximbank tersebut dinilai sangat membantu Wika melakukan penetrasi ke pasar-pasar Afrika. Ini lantaran selain butuh modal kerja yang cukup besar, tak banyak perbankan yang melirik pembiayaan proyek-proyek di Afrika.

"Dukungan dari Indonesia Eximbank jelas sangat membantu sekali untuk mendukung jasa ekspor konstruksi. Untuk menggarap pasar Afrika, pre financing itu sangat membantu sekali," ujar Bimo.

LPEI meneken perjanjian kerja sama fasilitas kredit senilai US$ 322,8 juta untuk memfasilitasi transaksi perdagangan antara Indonesia dengan Afrika. Perjanjian dilakukan bersama tiga lembaga keuangan internasional yaitu The African Export-Import Bank (Afreximbank) senilai US$ 100 juta, Standard Chartered Bank dengan nilai perjanjian US$ 100 juta, dan dengan Commerzbank senilai US$ 122,8 juta.


"Kita menjadi pelaksana kebijakan pemerintah mendorong lebih banyak ekspor ke Afrika dengan fasilitas pembiayaan, jaminan, dan asuransi," kata Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly.

Khusus untuk Wika, Indonesia Eximbank menandatangani kerja sama tiga pihak dengan Wika, dan Chief of Cabinet of Niger, terkait rencana pembiayaan buyers credit dan modal kerja ekspor senilai 21,7 juta euro atau setara Rp 453 miliar. (idr/zlf)

Hide Ads