Dalam menjamin tingkat keamanan dan keselamatan LRT, Kemenhub telah melakukan serangkaian pengujian sarana dan prasarana LRT pada bulan Mei 2018 dan uji coba dinamis telah dilakukan pada Kamis (21/6) lalu dari stasiun Jakabaring menuju stasiun Palembang Icon.
"Pembangunan LRT Sumsel merupakan amanah dari Perpres Nomor 116 Tahun 2015 dan Perpres 55 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit di Provinsi Sumatera Selatan, yang menugaskan PT Waskita Karya sebagai pelaksana pembangunan prasarana LRT di Sumatera Selatan serta PT KAI sebagai operator," kata Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (23/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
LRT Palembang ini akan menghubungkan Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin menuju kawasan sport city Jakabaring. Selain digunakan sebagai sarana transportasi yang dapat mengurangi beban jalan raya dan penggunaan kendaraan pribadi, juga akan digunakan sebagai venue untuk perhelatan Asian Games tahun 2018.
Dia mengatakan pekerjaan LRT Palembang ini cukup beragam, mulai dari pekerjaan konstruksi, stasiun, sarana, depo, kaakteristik lahan, serta infrastruktur dan sistem fasilitas operasinya yang secara keseluruhan berupa konstruksi layang (elevated track) dengan dilengkapi teknologi lainnya seperti menggunakan system persinyalan fixed Block.
"Berbeda dengan LRT Jabodebek yang menggunakan U-shaped Girder, LRT Jakarta menggunakan Box Girder, sedangkan LRT Sumsel menggunakan I Girder. Lebar spoor LRT Sumsel adalah 1.067 mm sedangkan LRT Jabodebek dan LRT Jakarta lebar spoor nya adalah 1.435 mm," katanya.
Lebih lanjut Zulfikri menjelaskan, dengan adanya perbedaan karakteristik jenis konstruksi tersebut tentu mengakibatkan adanya variasi biaya konstruksi pada masing-masing LRT. Namun, kata dia, biaya konstruksi ini diyakini telah sesuai dengan harga pasar.
"Sehingga, nilai investasi secara keseluruhan dalam pembangunan LRT Sumsel ini merupakan total biaya sarana dan prasarana LRT yang tidak dapat terpisahkan. Sehingga, nilai investasi apabila dibagi panjang jalur kereta api tersebut dinilai masih cukup realistis dan telah dilakukan perbandingan dengan negara-negara di kawasan ASEAN," katanya.
"Sebagai contoh, seperti di Malaysia biaya untuk pembangunan LRT Kelana Jaya Line diketahui sebesar Rp 817 miliar/km sedangkan untuk biaya pembangunan LRT di Manila sebesar Rp 907 miliar/km," sambung Zulfikri.
Sementara terkait dengan pembiayaan, Zulfikri mengatakan anggaran pembangunan telah diproses secara akuntabel dan dilakukan review secara berlapis, mulai dari review oleh konsultan independen kualifikasi internasional, audit internal, maupun audit eksternal oleh instansi terkait.
"Sebelumnya, usulan pembiayaan untuk proyek LRT ini oleh kontraktor awalnya diajukan sebesar Rp 12 triliun, namun setelah melalui beberapa tahapan review biaya tersebut dapat ditekan menjadi Rp 10,9 triliun," tuturnya.
Pembangunan LRT Palembang ini sendiri sedang ramai dibahas, di mana Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menyebut adanya mark up dalam proyek ini. Menurutnya, biaya pembangunan LRT di negara lain hanya US$ 8 juta atau Rp 112 miliar (kurs Rp 14.000) per kilometernya, sementara di Palembang, dari total biaya keseluruhannya, biaya pembangunannya jauh lebih mahal per kilometernya. (fdl/ara)