-
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno beberapa waktu lalu yang ingin menggabungkan pembangunan proyek Jakarta Integrated Tunnel (JIT) dengan sebagian seksi 6 ruas jalan tol dalam kota (dalkot).
Direktur Utama PT Jakarta Toll Road Development (JTD) Frans Sunito mengatakan rencana tersebut masih terus dibahas. Apalagi saat ini masih dalam pengerjaan enam ruas tol dalkot tahap I.
Sebelum pengerjaan tol bawah tanah pada tahap II, saat ini sedang berjalan pembangunan tahap I proyek enam ruas tol dalkotini. Berikut ulasan lengkapnya.
Rencana JIT yang akan membangun tol di bawah tanah yang terintegrasi bersama fungsi lainnya terowongan, menurut Frans cukup sulit untuk diwujudkan. Sebab, biaya investasinya terlalu mahal.
"Kita masih perlu lihat hitungannya. Terlalu mahal kalau menurut saya memasukkan jalan tol ke dalam terowongan. Sudah ada pembahasan, tapi kita masih menunggu bagaimana penjelasan hitung-hitungannya," katanya kepada
detikFinance saat dihubungi, Jumat (6/7/2018).
Ia mengatakan untuk membangun jalan tol di bawah tanah membutuhkan biaya tiga sampai empat kali lebih mahal dibanding mengerjakan jalan dengan tipe elevated. Hal itu pun menjadi pertimbangan yang sulit.
"Misalnya, kalau jalan layang harganya Rp 3 triliun, sedangkan terowongan bisa Rp 10 triliun untuk jarak yang sama. Susah orang mempertimbangkan kalau harga sampai 3-4 kali lipat," katanya.
"Kalau hitung-hitungannya tidak masuk, susah juga bagi kita. Kita masih menunggu dan lihat hitung-hitungannya. Tapi saya sendiri masih agak, terus terang, agak ragu dengan harganya yang mahal banget," tambah Frans.
Proyek JIT ini akan dibangun di bawah tanah di kedalaman sekitar 15 meter, berbentuk semacam terowongan dengan diameter 11 meter yang ada di bawah tanah dan dibangun dua tingkat. Sedangkan rencananya sendiri akan mulai tahun ini dan ditargetkan rampung dalam waktu tiga tahun, yakni tahun 2021. Namun belum diketahui, kapan rencana untuk pengerjaan tol bawah tanahnya.
Sejak dilakukan penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) pada 2014 silam, proyek yang diinisiasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini masih terus berjalan.
Pada tahap awal seksi Ia dengan rute Kelapa Gading-Pulo Gebang ini saat dipantau detikFinance sedang melakukan pengeboran tanah. Tak hanya itu, terdapat juga sejumlah alat berat yang tengah bekerja mengebut pembangunan yang sudah dimulai sejak awal tahun lalu dan juga pembangunan tiang-tiang pier head.
"Jadi sekarang pekerjaan pilar-pilarnya sudah banyak. Bulan Agustus pasang badan jalannya," ujarnya.
Saat ini, pembangunan ruas tol sepanjang 9,4 km ini sudah mencapai 20% untuk progres konstruksi dan 80% untuk pembebasan lahan yang akan digunakan dalam pembangunan proyek.
Pengerjaan seksi Ia yang telah dimulai Februari tahun lalu ini juga akan dibuat jalan melayang. Hal ini untuk mrnghindari jalur LRT Jakarta yang berada di lokasi yang sama, Kelapa Gading.
"Jadi, yang tadinya ketinggiannya standar 11 m dari muka jalan, karena ada LRT yang memotong di Kelapa Gading, jadi tingginya ada yang bisa sampai 20 m," ucapnya.
Dengan adanya penambahan pekerjaan tersebut, maka proyek ini memiliki peningkatan dalam biaya investasi, yang awalnya sebesar Rp 16 triliun.
"Kenaikannya sekarang sedang dihitung. Tetapi intinya kenaikan tersebut karena yang dikerjakan menjadi lebih banyak, lebih tinggi jalannya, tiang-tiangnya lebih tinggi," ujar dia.
Frans Sunito mengungkapkan bahwa bulan Juli 2018 ini pihaknya akan memulai proses tender kontraktor untuk mengerjakan seksi Ib, yaitu rute Semanan-Grogol, setelah sebelumnya telah dimulai seksi Ia yang akan rampung di semester dua 2019.
"Kita bulan ini (Juli) sudah mulai proses tender untuk seksi B Semanan-Grogol. Jadi, kalau sekarang yang kita kerjakan kan Pulo Gebang-Kelapa Gading, ini bagian paling timurnya, nah bulan ini kita mulai tender yang paling barat, Semanan-Grogol," ungkap Frans.
Frans menambahkan bahwa proses pengurusan tender membutuhkan waktu tiga bulan. Setelah tender kontraktor rampung, maka pengerjaan bisa dilakukan.
"Proses tender membutuhkan waktu tiga bulan. Baru kontraktornya ditunjuk, baru bisa mulai kerja. Proses tender lama, ada pengumuman dulu, terus kontraktornya daftar, terus nanti dia nawarin, lalu dievaluasi, dan seterusnya. Jadi sekitar bulan Oktober baru kontraktornya ditunjuk," tambahnya.
Menurut Frans, pada seksi ini akan dilakukan bertahap. Mungkin akan dimulai tender di awal tahun 2019.
"Jadi setelah seksi b Grogol-Semanan jalan di Oktober, baru seksi c bertahap mungkin tender di awal 2019. Jadi akhirnya seksi a,b dan c targetnya selesai di 2021. Kalau a Pulo Gebang-Kelapa Gading selesai tahun depan 2019. Kalau a,b dan c nyambung timur ke barat langsung dari Semanan sampai Pulo Gebang 30 km, itu selesai 2021," katanya.
Frans menjelaskan, pembangunan tol dalkot tahap pertama ini dimulai dari bagian timur (Pulo Gebang-Kelapa Gading), lalu ke bagian barat (Semanan-Grogol) sehingga nanti akan bertemu di tengah.
Tak lupa, Frans mengatakan bahwa konstruksi seksi a, b maupun c yang menyambungkan bagian timur dan barat (Semanan hingga Pulo Gebang) sepanjang 30 kilometer (km) akan selesai tahun 2021.
Setelah pembangunan pada seksi I dengan rute Semanan-Sunter dan Sunter-Pulo Gebang sepanjang 30 kilometer (km), maka selanjutnya akan dilanjutkan pada seksi II yaitu rute Duri Pulo-Kampung Melayu sepanjang 12,65 km, dan Kemayoran-Kampung Melayu sepanjang 9,6 km.
Disampaikan Frans, sejauh ini pembangunan enam ruas tol dalkot ini berjalan dengan lacar dan tidak memiliki hambatan berarti.
"So far, pembebasan lahan berjalan baik. Sekarang pemerintah kan cukup lancar untuk membebaskan lahan dengan proses yang lebih transparan dan lebih baik. Jadi semuanya berjalan lebih pasti," ujarnya.
Terakhir, seksi III pada pembangunan tol ini terdiri dari rute Ulujami-Tanah Abang sepanjang 8,7 km, dan Pasar Minggu-Casablanca sepanjang 9,16 km.
Untuk diketahui, proyek enam ruas tol dalam kota merupakan mega proyek yang diproyeksi mengurangi beban lalu lintas pada jalan tol dalam kota. Proyek ini sempat beberapa kali tarik ulur soal kepastian pembangunannya, hingga melewati beberapa kali pergantian Gubernur DKI Jakarta, mulai dari Fauzi Bowo hingga Basuki Tjahja Purnama.
Proyek yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PNS) ini telah telampir dalam Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 maupun dalam Peraturan Presiden (Perpres) perubahan No. 58 Tahun 2017. Msuknya proyek ini ke dalm PSN mewajibkannya harus dimulai sebelum tahun 2019.