Pengamat infrastruktur Harun Alrasyid menjelaskan, mengaktifkan kembali jalur lama (reaktivasi) bisa lebih murah karena tidak lagi mengeluarkan biaya pembebasan lahan.
"Yang pasti lebih murah lah, sebut saja lah 10-15-20%, kan mau kurangi lahannya, kurangi saja 15-20%," kata dia kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (14/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gusur (bangunan liar di sekitar rel) sama beli (lahan) lain dong (biayanya). Harapannya gitu dong, masa yang nggak punya hak minta harga hak milik," ujarnya.
Dia memperhitungkan, perkiraan biaya pembangunan jalur kereta paling tinggi sekitar Rp 100 miliar per kilometer. Biaya tersebut sudah termasuk untuk pembelian lahan.
Dengan kata lain, jika menghidupkan kembali jalur lama yang sudah tidak beroperasi, biayanya hanya Rp 80 miliar, alias 20% lebih murah.
"Kalau bangun kereta itu lebih kurang sebut saja Rp 100 miliar per km, itu sudah angka atas lah, karena kebanyakan di atas tanah ya. Tapi Rp 100 miliar sudah tinggi," tambahnya.
Saksikan juga video 'Alasan Menhub soal Penundaan Proyek Kereta Api di Kaltim':
(zlf/zlf)