Teknologi tersebut adalah pondasi tahan gempa konstruksi sarang laba-laba (KSLL) yang hak patennya dimiliki oleh penemu asal Indonesia bernama Kris Suyanto.
Teknologi konstruksi tahan gempa ini sudah ada sejak 1978 dan secara lebih serius dikembangkan lagi sejak tahun 2003.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menceritakan, dengan menggunakan teknologi konstruksi sarang laba-laba, bangunan akan bergerak mengikuti arah getaran. Sehingga, efek getaran gempa terhadap struktur bangunan akan lebih minim dan potensi bangunan runtuh pun lebih kecil.
"Pada sistem laba-laba tidak dilawan, gerakan gempa itu diikuti, itu yang membuat konstruksi di atasnya tidak terlalu menghadapi guncangan gempa," paparnya.
Hal ini berkebalikan dengan teknologi pondasi konvensional seperti pondasi cakar ayam misalnya. Pondasi cakar ayam cenderung kaku dan bersifat melawan arah getaran gempa. Sehingga konstruksi bangunan yang ditopang pondasi konvensional akan lebih mudah runtuh ketika terjadi gempa.
"Pada sistem lain (konvensional) kuat dilawan kuat. Kalau sambungannya dipancang di tempat lain nggak baik bisa runtuh," tambahnya. (dna/dna)