Serunya Menjajal Kereta Layang Tanpa Awak Buatan Jepang

Laporan dari Tokyo

Serunya Menjajal Kereta Layang Tanpa Awak Buatan Jepang

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Kamis, 06 Des 2018 07:55 WIB
Foto: Eduardo Simorangkir
Tokyo - Jepang mungkin bukanlah negara yang paling banyak memiliki jalur kereta. Namun untuk urusan teknologi perkeretaapian, Jepang bisa jadi juaranya.

Selain menjadi negara pertama yang memproduksi kereta cepat, Jepang juga merupakan salah satu negara yang paling inovatif dalam industri perkeretaapiannya. Salah satu teknologi terbaru yang dihasilkan dari dunia transportasi kereta di Jepang adalah Automated Guideway Transit (AGT) atau kereta tanpa awak yang beroperasi sejak 2008 silam.

Kereta tanpa awak yang juga disebut sebagai jalur Nippori-Toneri Liner ini adalah jalur kereta layang yang terbentang sepanjang 9,7 km di timur laut Tokyo dari Stasiun Nippori dengan Stasiun Minumadai. Kereta yang digunakan pada jalur ini dioperasikan tanpa pengemudi, melainkan melalui sistem komputerisasi secara otomatis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penampakan Jalur Kereta Layang Tanpa Awak Nippori-Toneri LinerPenampakan Jalur Kereta Layang Tanpa Awak Nippori-Toneri Liner Foto: Eduardo Simorangkir


Dengan adanya jalur ini, membantu mobilitas dari Nippori Station menuju Minumadai-shinsuikoen Station menjadi hanya 20 menit saja. Sebelumnya, jalur ini bisa ditempuh hingga 1 jam lantaran jalur bus di bawahnya merupakan wilayah yang cukup padat.

"Dulu itu cuma ada jalur bus di sini, yang memakan waktu hingga 1 jam. Dengan dibangunnya jalur ini, jadi cuma 20 menit saja," kata General Affairs Departement, Customer Service , Division, Chief of Service Promotion Biro Transportasi Tokyo Metropolitan Kazuhiro Uciyama saat ditemui di Tokyo, pekan lalu.

Kereta melaju dengan kecepatan maksimum hingga 60 km/jam. Dibangunnya jalur ini juga ikut menumbuhkan perekonomian daerah setempat dengan dibangunnya hunian residensial di sepanjang jalur yang dilewati.

Dari pantauan detikFinance, kereta yang melaju di antara gedung-gedung tinggi di Tokyo membuat kita serasa ada di ruang masa depan. Pemandangan kota Tokyo dan panorama sungai yang dilewati juga memanjakan mata selama perjalanan dari stasiun ke stasiun.

Penampakan Panorama yang Dilewati Sepanjang Jalur Kereta Nippori-Toneri LinerPenampakan Panorama yang Dilewati Sepanjang Jalur Kereta Nippori-Toneri Liner Foto: Eduardo Simorangkir


"Banyak penduduk jadi pindah ke sini karena di sepanjang jalur jadi banyak rumah, apartemen," kata Uciyama.

Adapun untuk pembelian tiket, ada mesin penjual tiket otomatis di setiap stasiun yang memungkinkan pembelian tiket kertas dengan uang tunai. Atau bisa juga dengan menggunakan kartu IC Pasmo atau Suica yang dapat diisi ulang di gerbang tiket.

Harga tiket untuk Nippori-Toneri Liner sendiri dimulai dari 170 yen, 230 yen, 280 yen, hingga 330 yen sesuai dengan jarak yang ditempuh. Jika dibandingkan dengan harga bus yang melewati jalur yang sama, harga kereta layang tanpa awak ini lebih murah untuk empat stasiun pertama karena harga tiket bus berlaku flat sebesar 210 yen.

Begitu pula untuk jalur subway atau kereta bawah tanah. Jalur ini lebih murah di awal, namun menjadi lebih mahal jika perjalanan lebih jauh hingga ke stasiun akhir.

Tapi ada beberapa keunggulan menumpangi jalur ini. Selain keretanya yang tak pernah terlambat dan konsisten sehingga bisa diandalkan, jalurnya yang berada di atas menjadi sensasi tersendiri untuk bisa melihat pemandangan apik kota Tokyo yang begitu memanjakan mata.

Penampakan Jalur Kereta Layang Tanpa Awak Nippori-Toneri LinerPenampakan Jalur Kereta Layang Tanpa Awak Nippori-Toneri Liner Foto: Eduardo Simorangkir


Untuk itu, Uciyama mengatakan moda transportasi ini cocok dibangun di kondisi perkotaan yang penuh panorama atau pemandangan yang indah. Meski masih belum balik modal sejak dioperasikan pada 2008 lalu, namun biaya pembangunan kereta yang lebih murah dibanding subway membantu memperlancar pergerakan orang-orang di sepanjang jalur tersebut.

"Pembangunannya kan di atas jalan. Jadi pembebasan tanahnya nggak terlalu sulit. Biaya konstruksinya juga tidak lebih mahal dibanding subway," kata Uciyama.

Meski belum untung, kereta ini telah berhasil memenuhi target penumpang yang sebesar 86 ribu orang/hari. Namun, distribusi penumpang yang tidak merata membuat sejumlah penumpang mengeluhkan kereta yang terlalu padat di jam-jam tertentu.

"Kami kewalahan karena penumpang terkonsentrasi saat rush hour saja," katanya.

Suasana Stasiun Kereta Layang Tanpa Awak Nippori-Toneri LinerSuasana Stasiun Kereta Layang Tanpa Awak Nippori-Toneri Liner Foto: Eduardo Simorangkir




Tonton juga 'Perpustakaan Liyuan, Ruang Penuh Jendela Dunia yang Tenang':

[Gambas:Video 20detik]

Serunya Menjajal Kereta Layang Tanpa Awak Buatan Jepang
(eds/dna)

Hide Ads