Menurut Hanif, progres pembangunan MRT sejak pertama kali dibangun, yakni pada Oktober 2013 hingga saat ini telah membuka lapangan kerja bagi 10 ribu orang. Namun, saat ini angkanya diperkirakan berkurang karena pembangunan yang telah selesai.
"Sejak awal MRT proyek berjalan sudah ada 10.000-an tenaga kerja yang terlibat. Walaupun sekarang makin selesai makin sedikit yang digunakan," kata dia di tengah-tengah tinjauan MRT, Jakarta, Senin (25/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Giliran Menaker Jajal MRT HI-Lebak Bulus |
Lebih lanjut, ia juga menyinggung dampak peningkatan ekonomi dari pembangunan tersebut. Khususnya, pada daerah-daerah yang berdekatan dengan proyek MRT.
Hanya saja, ia tak tahu pasti peningkatan ekonomi yang terjadi di sekitar wilayah tersebut.
"MRT itu sangat membantu penciptaan lapangan kerja dan mendukung penambahan kantong-kantong ekomomi di sekitar area yang dilalui MRT. Tapi saya belum hitung," ungkap dia.
Sementara itu, Direktur Utama PT MRT William Sabandar menjelaskan saat ini total pegawai mencapai 500 orang. Di mana 350 pegawai terlibat langsung dalam pembangunan dan sisanya berada di kantor pusat.
Ia mengklaim, seluruh pegawai PT MRT merupakan warga negara Indonesia (WNI). Hanya saja, terdapat orang asing seperti Jepang yang bertugas sebagai konsultan dalam pembangunan.
"Kita semua WNI, nggak ada asing. Kalau ada itu konsultan dari Jepang, hanya untuk pendampingan," tutup dia. (dna/dna)