Pembangunan underpass dengan panjang 1.302 meter memang tidak terbilang mudah. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, seperti mempertimbangkan ketinggian muka air tanah.
"Kita harus hati-hati dan yakin benar dengan ketinggian muka air tanah. Air tanah yang tinggi akan menjadikan daya angkatnya uplift tinggi. Untuk itu perlu ground anchor dan sebagainya," kata Kepala Balai Besar PJN VII Akhmad Cahyadi kepada detikFinance, Minggu (3/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, bahan-bahan konstruksi juga harus dibuat dengan kualitas yang tinggi. Khususnya untuk beton lantai dan dinding agar tidak menyebabkan kebocoran.
"Beton lantai dinding tidak boleh bocor yang dapat menyebabkan rembesan air ke dalam underpass," ujarnya.
Untuk mengantisipasi hal itu, beton dinding dan lantai underpass NYIA dilapisi water stop yang terbuat dari karet.
"Dengan begitu Insya Allah enggak akan bocor," tegasnya.
Underpass NYIA sendiri digarap oleh PT Wijaya Karya (WIKA) dan MCM KSO. Nilai kontraknya mencapai Rp 293,18 miliar.
Proyek ini dimulai sejak 12 November 2018. Ditargetkan selesai pada 6 Desember 2018 atau memakan waktu pengerjaan selama 390 hari kalender.
Pekerjaan utama dari proyek ini terbagi menjadi struktur underpass, pekerjaan tanah dan drainase.
Jalur dari underpass NYIA akan memiliki lebar 7,95 meter, clearance atas 5,2 meter dan samping 18,4 meter. Hingga 22 Februari 2019 proyek ini sudah mencapai 22,24%. (das/zlf)