Menurut Direktur Keuangan dan Umum BIJB Muhammad Singgih sepinya penumpang membuat pengoperasian penerbangan hanya sebanyak satu kali dalam seminggu. Hal ini tentu mempengaruhi biaya operasional mereka.
Maka dari itu, pihaknya menyusun strategi demi menghemat biaya. Misalnya dengan mematikan air conditioner (AC) di dalam terminal bila tak ada penerbangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, ia mencatat dengan adanya kegiatan tersebut, ia bisa menghemat hingga Rp 700 juta. Dari sebelumnya biaya listrik per bulan sebesar Rp 1,8 miliar turun menjadi Rp 1,1 miliar.
"Dengan seperti ini kita bisa menghemat biaya listrik Rp 1,8 miliar per bulan jadi Rp 1,1 ini akan kita turunkan lagi. Karena memang gini bandara kan operating hour itu listriknya harus dihitung makanya kita pake metode metode seperti ini," ungkapnya.
Selain itu, ia juga melakukan penghematan di bidang lainnya, yakni masalah kebersihan. Dengan begitu harapannya sepinya bandara tak menjadi beban operasional mereka.
"Listrik, terus kebersihan diperketat. Maksudnya ya pengeluarannya diperketat. Kebersihan saya nggak hafal tapi biasanya hampir Rp 1 (miliar). Tapi bandara itu standarnya, bisa bandingin deh operasi bandara di sini itu kurang lebih 7 miliar sebulan. Tempat lain bisa jauh," tutup dia. (das/dna)