Segera Operasi, Ini Rute yang Dilalui Bor Raksasa Asal China

Segera Operasi, Ini Rute yang Dilalui Bor Raksasa Asal China

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 17 Sep 2019 22:30 WIB
Bor Raksasa di Proyek Kereta Cepat/Foto: Wijaya Karya
Jakarta - Bor raksasa atau Tunnel Boring Machine (TBM) asal China untuk proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (JKT-BDG) segera operasi. Nantinya, akan beroperasi di bawah tanah Tol Jakarta-Cikampek.

Berdasarkan catatan detikcom, Selasa (17/9/2019), bor ini akan beroperasi di daerah Halim untuk pekerjaan konstruksi terowongan 1,88 km yang merupakan bagian dari 22 titik penting pekerjaan konstruksi KCJB.

Pengerjannya menggunakan metode shield tunneling dikarenakan titik kritis ini berlokasi di KM 3+600. Lokasi tersebut melewati Tol Cikampek dan overpass jalan arteri Jatiwaringin yang notabene merupakan titik terpadat mobilisasi warga Jakarta ke daerah Bekasi dan Bandung.

TBM raksasa ini sendiri berbobot 3.649 ton. Lalu memiliki diameter 13,19 meter dan panjang 105 meter. Nantinya, bor ini akan bekerja 24 jam tanpa henti.


"TBM akan bekerja secara signifikan dengan pengeboran selama 24 jam tanpa henti. Optimalisasi pengeboran pada titik ini rata-rata sebesar 8 - 10 meter per hari sehingga diharapkan dapat mempercepat pekerjaan di titik ini," Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Chandra Dwiputra dalam keterangan resmi beberapa waktu lalu, dikutip Selasa (17/9/2019).

Lebih lanjut, meski beroperasi di titik yang padat, penggunaan TBM ini diyakini sama sekali tidak akan menghambat lalu lintas tol Jakarta-Cikampek. Lantaran, tingkat keamanan metode pengerjaan shield tunneling jauh lebih tinggi dibandingkan dengan metode drill, blasting atau metode lainnya.

Metode ini bekerja seperti cacing bawah tanah dimana pengerjaannya dilakukan tanpa mengganggu aktivitas yang ada di atasnya. Selain itu, TBM juga digunakan pada titik ini karena sesuai dengan aturan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) Bandara Halim Perdanakusuma yang mengatur ketinggian bangunan dan kemungkinan mengganggu operasional penerbangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




(hns/hns)

Hide Ads