Tim jelajah detikcom mencoba langsung jalan menuju Kecamatan Sepaku, PPU. Sepaku disebut menjadi titik ibu kota baru karena lokasinya bersebelahan dengan Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara. Dari Balikpapan, menuju ke Sepaku bisa melalui Jalan Yos Sudarso-Ahmad Yani-Soekarno Hatta-Balikpapan-Samarinda sekitar 2 jam 30 menit.
Kondisi jalan melewati rute ini masih apik dari Balikpapan hingga KM 38. Memasuki KM 38, kondisi jalan tak semulus sebelumnya. Dengan kontur berbukit, jalan yang berupa tanah menyisakan debu. Situasi seperti ini membuat kendaraan tak bisa memacu kecepatan seperti sebelumnya hingga Sepaku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan melalui rute lain, yakni dari Kecamatan Penajam menuju Sepaku, kondisinya juga tak jauh berbeda. Perjalanan dari Penajam menuju Sepaku memakan waktu sekitar 2-3 jam. Kondisi jalan dari Kantor Bupati PPU hingga Simpang Silkar terbilang mulus dan kendaraan bisa melaju hingga 60 km per jam.
Memasuki Simpang Silkar, keadaan berbalik. Sepanjang jalan menuju Sepaku ini terdapat kerusakan di sejumlah titik. Akibatnya, kendaraan harus menurunkan kecepatannya karena kondisi jalan lubang dan berbatu.
![]() |
Di sepanjang jalan juga tak banyak ditemui rumah warga. Pemandangan jalan didominasi perkebunan seperti sawit. Kondisi jalan juga berdebu karena lalu lalang truk sawit dan mobil pribadi.
Perjalanan masih panjang. Ditambah lagi dengan kondisin jalan yang tak bagus membuat kendaraan yang kami tumpangi harus menghindari lubang dengan sesekali melintas di lajur berlawanan.
Kendaraan yang ingin melewati jalan ini disarankan untuk mengisi BBM dalam kondisi penuh. Sebab, SPBU baru bisa ditemui sekitar satu jam perjalanan dari Penajam. Selepas itu, tak tampak satupun SPBU menyambut pengendara untuk mengisi BBM.
![]() |
Mendekati Sepaku, kondisi jalan tampak semakin tak layak. Lubang jalan menghiasi di setiap titik jalan. Kendaraan pun harus bermanuver menghindari lubang yang beberapa tampak cukup dalam karena dibiarkan rusak sejak lama.
Pemandangannya pun tak banyak berbeda dari sebelumnya. Ragam tanaman hutan industri mewarnai perjalanan. Nyaris tak ada rumah warga tampak di sisi kiri dan kanan jalan sampai akhirnya tiba mendekati Pasar Sepaku. Di titik ini, tampak peradaban sudah ramai karena banyak warung kelontong hingga makanan menyambut lelah perjalanan kami.
(ara/ang)