-
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (JKT-BDG) ditargetkan sudah separuh jadi di akhir 2019 ini, di mana rencananya akan beroperasi di 2021. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno.
Namun ada sejumlah PR yang harus dibereskan terlebih dahulu. Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Chandra Dwiputra mengungkapkan, ada beberapa hal yang jadi perhatian, mulai dari pembebasan lahan hingga keberadaan SUTET.
Bagaimana dampaknya terhadap target pengerjaan proyek tersebut? Berikut informasi selengkapnya.
Pembebasan lahan untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (JKT-BDG) masih menyisakan kurang dari 1%. Sementara 99% lahan sudah dikuasai oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Chandra Dwiputra menjelaskan, lahan yang belum dibebaskan dimiliki oleh Ciputra Group. Lahan tersebut dia jelaskan untuk BizPark yang merupakan proyek dari pengembang properti tersebut.
"(Luasnya) 3 bidang kira-kira sekitar 1 kiloan (km). BizPark, punya Ciputra, pinggir tol," katanya saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (1/10/2019).
Bidang tanah tersebut, lanjut dia berlokasi di Kota Bandung. Dia menjelaskan saat ini proses pembebasan lahan tersebut sudah sampai tahap konsinyasi di Mahkamah Agung (MA). Sementara ini pihaknya masih menunggu proses di situ.
"Itu ada di Bandung, yang masih proses konsinyasi di MA. Nah kalau MA kan nggak bisa masuk, lembaga independen, nunggu saja," jelasnya.
Chandra Dwiputra mengatakan progres pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung (JKT-BDG) telah mencapai 35%. Penyelesaian proyek kereta cepat JKT-BDG ini diperkirakan akan mundur dari target yang sudah ditentukan.
"Saya bilang lewat dari target. Akan mundur beberapa bulan, tapi tidak lama-lama," kata Chandra.
Terhambatnya proses pembangunan kereta cepat JKT-BDG dikarenakan banyaknya kabel Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di sepanjang jalan Bandung.
"Kira-kira SUTET yang crossing ada 31 crossing yang susahnya. Termasuk kemarin yang pengaruh ke Japek Elevated kan di KM 17, itu juga sama. Jadi kena LRT, kena kita juga," katanya.
Menurut Chandra, banyaknya tower SUTET sepanjang jalan Bandung memerlukan banyak waktu untuk mencari lahan penggantinya. Ia berharap kendala tersebut segera diatasi.
Walaupun sedikit molor, Chandra memastikan kereta cepat JKT-BDG tetap beroperasi pada 2021 mendatang.
Chandra Dwiputra menjelaskan, saat ini pihaknya menjalin kerja sama dengan Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) dan Akademi Perkeretaapian Indonesia (API) Madiun. Kerja sama itu dalam rangka menjaring SDM yang bakal bekerja di kereta cepat Jakarta-Bandung.
"Sekarang sedang proses dengan STTD yang di Bekasi, sama API yang di Madiun," kata dia.
Selain masinis pihaknya juga bakal merekrut tenaga yang berperan di bagian pusat kontrol (control center) dan di pemeliharaan (maintenance).
"Mungkin harapan kami 36 (masinis), kemudian control center, control center cukup banyak, pemeliharaan banyak," jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa rekrutmen dilakukan mulai tahun ini. Nantinya proses training akan dilaksanakan selama satu tahunan. Kemudian begitu rangkaian kereta cepat sudah datang dari China akan dites.
Saat proses commissioning test, yaitu serangkaian kegiatan pemeriksaan dan pengujian sebelum kereta cepat dioperasikan, mereka yang telah direkrut akan ikut diuji juga mengoperasikan transportasi massal modern tersebut.