Menteri Perhubungan mengatakan nilai investasi proyek ini mencapai Rp 5 triliun. Proyeknya akan dimulai pada akhir 2021.
"Saya lagi mikir Bali, Bali itu kan ada Kuta, macetnya bukan main atau puncak dari Bogor sampai Cianjur, tapi cenderung ke Bali jadi kita naruh bus-bus itu dengan headway 10 menit," kata Budi Karya di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (16/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Menjajal Kereta Bawah Tanah Pertama Dunia |
Lanjutnya, penerapan proyek bus listrik ini akan dilakukan secara bertahap. Di mana awalnya menggunakan bus biasa, dan jika sudah lancar maka akan dilanjutkan menjadi trolley bus. Sehingga pada 2024 sistem tersebut bisa diadopsi di ibu kota baru.
"Itu dari Kuta-Buleleng kita mau bikin 80 km, jadi kita mau bikin jalur khusus dan kita mau bikin semacam trolley bus jadi gandeng 2-3 sehingga itu dedicated," ujarnya.
Kemenhub menargetkan pembangunan sistem transportasi masal otomatis ini dimulai tahun 2024, dan nantinya proyek ini akan terus beroperasi seterusnya karena akan mengangkut penumpang yang menuju ke Bandara Bali Utara.
"Kalau Bali kira-kira Rp 5 triliun, mulai mungkin akhir 2021, dua tahun (pengerjaannya)," katanya.
"Itu diberlakukan di Bali juga, nanti dipakai untuk suplai penumpang yang ke Bandara Bali Utara, tapi kami bisa lebih mengerti teknologi itu," tambahnya.
Baca juga: Bus Amfibi Bakal Wira-wiri di Ibu Kota Baru |
(hek/eds)