Pembangunan moda raya terpadu (MRT) Jakarta fase II masih terus berlangsung. Proses pengerjaan proyek ini dinilai lebih rumit dari fase I karena kontur tanah yang menurun dan lunak di sepanjang kawasan Bundaran HI sampai Kota.
"Tanah yang ada di kawasan Thamrin station ada yang cepat sekali turun, ada yang memang sudah stabil, sehingga ada situasi berkombinasi. Sudah tanahnya soft, kemudian terjadi penurunan. Bisa dibayangkan fase II ini lebih sulit dari kita mengerjakan fase I," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar dalam konferensi virtual, Rabu (22/7/2020).
Untuk itu, pekerjaan dilakukan sangat hati-hati. Pihaknya turut menggandeng konsultan dan ahli geologi untuk menilai tingkat kelunakan tanah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Isu tanah lunak atau penurunan tanah itu harus ditangani secara serius karena kita ingin masa umur dan konstruksi yang kita bangun bertahan di masa yang panjang," ucapnya.
Selain itu, banyaknya cagar budaya di sepanjang jalur fase II juga menjadi tantangan tersendiri. Pembangunan MRT fase II ini dinilai lebih rumit karena sebelum pembangunan dimulai harus betul-betul memikirkan nilai dari cagar budaya tersebut.
"Pelestarian cagar budaya akan terjadi di seluruh fase II. Jadi ini sepanjang kita mulai dari Bundaran HI akan masuk ke area-area cagar budaya salah satunya di kawasan Monas," ucapnya.
(ara/ara)