Bali membangun sembilan proyek fisik yang menelan biaya senilai Rp 12,167 triliun. Proyek fisik ini telah mulai direncanakan dan mulai dibangun selama tiga tahun kepemimpinan Gubernur-Wakil Gubernur Bali.
"Dalam tiga tahun kepemimpinan saya bersama Bapak Wakil Gubernur Bali, sejak awal terus melakukan pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana strategis serta monumental," kata Gubernur Bali Wayan Koster dalam laporan tiga tahun kepemimpinan yang dikutip detikcom dari akun YouTube Pemerintah Provinsi Bali, Minggu (5/9/2021).
Koster merinci, adapun berbagai proyek fisik itu yakni perlindungan kawasan suci Pura Agung Besakih; pembangunan kawasan pusat kebudayaan Bali di Klungkung; jalan shortcut Singaraja-Mengwitani; serta Pelabuhan Segitiga Emas di Sanur, Denpasar, Sampalan di Nusa Penida dan Bias Munjul di Nusa Ceningan, Klungkung.
Baca juga: Menuju Pariwisata Berdaya Dukung Lingkungan |
Kemudian ada pengembangan Pelabuhan Benoa menjadi Bali Maritime Hub di Denpasar, pengembangan Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar, penataan Pasar Sukawati blok A, B dan C di Gianyar, pembangunan sungai buatan atau normalisasi Tukad Unda di kawasan pusat kebudayaan Bali, dan pembangunan bendungan untuk penyediaan air bersih.
"Total anggaran yang diperlukan untuk membangun seluruh infrastruktur dan sarana prasarana strategis serta monumental tersebut adalah sangat besar mencapai Rp 12,167 triliun," kata Koster didampingi Wakil Gubernur Bali Tjok. Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace).
Anggaran Rp 12,167 triliun tersebut bersumber dari APBN Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebesar Rp 3,357 triliun, APBN Kementerian Perhubungan Rp 0,560 triliun, APBD semesta berencana provinsi Bali sebesar Rp 2,150 triliun dan badan usaha PT Pelindo III sebesar Rp 6,1 triliun.
"Anggaran pembangunan tersebut dialokasikan mulai tahun 2019 sampai tahun 2023," kata Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng Bali itu.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
(dna/dna)