Tepisan Jubir Luhut Kereta Cepat JKT-BDG Dicap Proyek Jebakan China

Tepisan Jubir Luhut Kereta Cepat JKT-BDG Dicap Proyek Jebakan China

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 10 Sep 2021 19:00 WIB
Pembangunan terowongan kereta cepat Jakarta-Bandung
Foto: Dok. PT KCIC
Jakarta -

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dituding jadi proyek jebakan China. Hal itu disampaikan oleh Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu.

Proyek yang memang dikerjasamakan dengan China ini dinilai Said Didu hanya menjadi pintu masuk untuk pihak China menguasai dan mengakuisisi berbagai infrastruktur strategis di Indonesia.

Pihak Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun buka suara soal tudingan ini. Lewat juru bicara Luhut, Jodi Mahardi, argumen dari Said Didu ditolak mentah-mentah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan soal proyek Kereta Cepat hanya menjadi jebakan China dinilai tidak benar, dan cenderung tidak masuk akal. Jodi menegaskan China tidak akan melakukan akuisisi proyek infrastruktur seperti tudingan Said Didu.

"Tidak benar komentar tersebut. Apalagi China akan akuisisi proyek infrastruktur lain, terlalu jauh itu. Memang proyek infrastruktur bisa dibawa pulang ke Tiongkok," ungkap Jodi ketika dihubungi detikcom, Jumat (10/9/2021).

ADVERTISEMENT

Said Didu juga sempat menyinggung soal perebutan proyek yang awalnya melibatkan China dan Jepang. Dia menilai Jepang tidak menyarankan membuat kereta cepat dari Jakarta ke Bandung karena tidak layak.

Namun karena pihak China mengiyakan keinginan pembangunan kereta cepat ke Bandung dengan biaya lebih murah maka diputuskan lah proyek ini digarap dengan bekerja sama dengan China. Namun pada akhirnya, China bagai berbohong karena proyek pun bengkak juga biayanya.

Jodi pun membenarkan bila proyek ini dikejar oleh Jepang dan China. Namun, pemilihan China sebagai partner kerja sama bukan karena alasan lebih murah. Menurut Jodi, pemerintah memiliki evaluasi tersendiri mengenai hal itu.

"Dulu Jepang dan China sama-sama mengejar proyek tersebut. Dan setelah dilakukan evaluasi oleh pemerintah maka diputuskan China sebagai pemenang," ungkap Jodi.

Lebih lanjut, Jodi mengatakan memang ada kenaikan biaya, namun hal itu bukan karena kelalaian China. Kebanyakan hal itu terjadi imbas dari pandemi COVID-19.

Maka dari itu, proyek ini kini dipantau langsung oleh Luhut mulai dari bulan November 2019 silam. Sejak saat itu juga, PT KCIC selaku penanggung jawab proyek melakukan efisiensi di segala aspek.

PT Kereta Cepat Indonesia China alias KCIC sendiri merupakan konsorsium dari perusahaan gabungan BUMN dalam PT PSBI dan gabungan perusahaan kereta China, Beijing Yawan.

"Maka setelah Pak Luhut dilibatkan di bulan November 2019 terus mendorong supaya KCIC semaksimal mungkin melakukan efisiensi di berbagai aspek," ungkap Jodi.

"Cost overrun saat ini masih dalam negosiasi dan tahap pembahasan di tingkat kementerian, BUMN sponsor dan juga pemerintah," tambahnya.


Hide Ads