Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung kembali menuai kontroversi. Setelah mengalami potensi pembengkakan biaya hingga triliunan rupiah, proyek itu kini menjadi bahan perdebatan.
Kisruh ini bermula dari pernyataan Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu terkait proyek tersebut. Dia mengatakan proyek itu hanya jebakan dari China, bahkan menurutnya hanya menjadi pintu masuk bagi China menguasai berbagai infrastruktur strategis di Indonesia.
Said menjelaskan ungkapannya mengenai jebakan China dalam postingannya. Dia mengatakan, proyek kereta cepat sudah dipastikan tidak akan mampu balik modal sehingga kesempatan tersebut dapat dimanfaatkan China untuk mengakuisisi proyek infrastruktur strategis lain yang ada di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi gini itu jelas-jelas proyek yang tidak layak, saya lihat proyek tidak layak dan dipastikan tidak akan kembali modal, sudah dapat dipastikan. Sehingga dengan demikian maka diperkirakan kalau proyeknya tidak layak dan tidak bisa membayar utang maka biasanya dia (China) meminta kompensasi terhadap infrastruktur lainnya," kata Said.
Said Didu juga menyebut studi Jepang juga menyebut proyek ini tidak layak. Namun dilanjutkan China.
Pihak Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun buka suara melalui juru bicaranya Jodi Mahardi. Jodi membantah seluruh argumen dari Said Didu.
Dia menegaskan bahwa pernyataan soal proyek Kereta Cepat hanya menjadi jebakan China tidak benar, dan cenderung tidak masuk akal. Jodi menegaskan China tidak akan melakukan akuisisi proyek infrastruktur seperti tudingan Said Didu.
"Tidak benar komentar tersebut. Apalagi China akan akuisisi proyek infrastruktur lain, terlalu jauh itu." ungkap Jodi ketika dihubungi detikcom, Jumat (10/9/2021).
Justru Jodi mempertanyakan argumen soal proyek diakuisisi oleh China. "Memang proyek infrastruktur bisa dibawa pulang ke Tiongkok?" lanjutnya.
Lihat juga video 'Saat Anggota DPRD Bersitegang Gegara Proyek Kereta Cepat Picu Longsor':
Lanjut ke halaman berikutnya