Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dinilai tidak akan balik modal. Proyek ini juga disebut oleh ekonom senior Faisal Basri sebagai proyek yang mubazir dan tidak menguntungkan, bahkan sampai kiamat pun tidak akan balik modal.
Hal ini pun dibenarkan oleh para pakar transportasi. Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang setuju bila kereta cepat akan sangat sulit balik modal. Apalagi kalau saat ini cuma mengandalkan penghasilan dari tiket saja.
Dia menilai kereta cepat kemungkinan tidak akan menjadi transportasi favorit masyarakat, artinya moda transportasi yang satu ini kemungkinan akan sulit dilirik penumpang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu alasannya adalah tiket kereta cepat akan sangat mahal, di atas Rp 200 ribu. Jauh lebih mahal dari tarif kereta reguler yang melayani rute Jakarta-Bandung saat ini, Argo Parahyangan.
"Memang benar. KA cepat kita akan sulit balik modal apabila hanya mengandalkan dari fare box. Supaya balik modal mungkin tiket akan dibanderol mahal-mahal, padahal kemauan bayar publik saat ini di rentang Rp 100.000 - 200.000. Itu dari asumsi ada kereta KA Argo Parahyangan," ungkap Deddy kepada detikcom, Kamis (14/10/2021).
Bukan cuma tiketnya saja yang mahal, menurutnya kereta cepat kurang strategis stasiunnya meskipun menawarkan kecepatan perjalanan. Bisa jadi publik tetap memilih Argo Parahyangan yang perjalanannya 3 jam dari Jakarta-Bandung karena mudahnya akses dari pusat kota walaupun kereta cepat sudah beroperasi.
Deddy mengatakan untuk naik kereta cepat, orang Jakarta mesti menuju ke kawasan Halim yang berada di ujung timur Jakarta yang menurutnya cukup jauh dari pusat kota. Sementara di Bandung, stasiun kereta cepat mentok di Padalarang, yang artinya harus menempuh perjalanan tambahan 25 km untuk sampai ke pusat kota Bandung.
"Masa tiket mau dijual mahal tapi calon penumpang harus bersusah payah dulu? Susah payah mencapai Halim, dan berhentinya di Padalarang yang masih perlu transit ke kota Bandung," kata Deddy.
Sependapat, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno juga menilai kereta cepat akan sulit balik modal karena sulitnya mendapatkan penumpang.
Lanjut ke halaman berikutnya