Alasan di Balik Pembangunan Terowongan Silaturahmi Istiqlal-Katedral Rp 37 M

Alasan di Balik Pembangunan Terowongan Silaturahmi Istiqlal-Katedral Rp 37 M

Siti Fatimah - detikFinance
Senin, 25 Okt 2021 20:15 WIB
Wakil Presiden RI Maruf Amin meninjau pembangunan Terowongan Silaturahmi Masjid Istiqlal dan Gereja Katedal Jakarta. Terowongan ditargetkan selesai September.
Foto: Dok. Kementrian PUPR
Jakarta -

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan pembangunan Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan antara Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral, Jakarta.

Pembangunan yang dilakukan sejak 15 Desember 2020 dan selesai pada 20 September lalu tersebut menghabiskan anggaran Rp 37,3 miliar yang berasal dari APBN.

Terowongan Silaturahmi tersebut secara umum berfungsi sama seperti Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) namun berada di bawah tanah. Pemerintah pun memiliki alasan tersendiri mengapa memilih terowongan ketimbang JPO.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, Diana Kusumastuti mengatakan, terowongan bawah tanah dipilih sebagai penghubung antara dua rumah ibadah karena faktor keamanan dan keselamatan. Nantinya, terowongan itu ditujukan untuk memfasilitasi parkir bagi jemaah Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.

Diana juga mengatakan, sebelum pembangunan dimulai pihaknya sudah duduk bersama dengan pimpinan masing-masing tempat peribadatan. Akhirnya yang disepakati adalah terowongan bukan jembatan.

ADVERTISEMENT

"Ini wilayah Ring 1. Kalau jembatan ini kan tinggi, nanti akan merusak lingkungan sekitar sini, kalau hanya penataan kawasan biasa saja (sebelumnya) tidak ada perubahan dan orang menyeberang pun penuh kekhawatiran, orang ke basement juga butuh effort. Kalau ini (terowongan) kita sediakan lift, tangga," kata Diana saat melakukan kunjungan ke Terowongan Silaturahmi, Jakarta Pusat, Senin (25/10/2021).

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Selain berfungsi sebagai tempat penyeberangan orang, pemerintah juga menaruh misi sebagai simbol kerukunan antar umat beragama secara umum dan khususnya bagi umat Islam dan Katolik.

"Toleransi yang satunya Natalan, yang satunya Lebaran. Jadi menghubungkan tempat peribadatan, dan kita menyediakan fasilitas yang bisa digunakan bersama-sama. Pemerintah menyediakan tempat untuk parkir dua tempat peribadatan. Saya pikir karena dilakukan bersama-sama maka itu silaturahmi, saling bisa menyapa, dan ada toleransi menggunakan tempat yang sama," pungkasnya.

Sebagai informasi, meski konstruksi Terowongan Silaturahmi ini sudah rampung 100% namun pemerintah belum meresmikan dan belum dibuka untuk umum. Nantinya, Kementerian PUPR menyerahkan terowongan tersebut ke Kementerian Agama dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Kita serahkan ke Kemenag dan juga ada dengan DKI Jakarta. Nanti segera mudah-mudahan di manfaatkan. Kalau Kemenag oke, kita serahkan ke Kemenag," pungkasnya.


Hide Ads