Kejadian ini pun memakan korban, satu orang masinis yang menguji coba kereta LRT mendapatkan luka berat dan dilarikan ke rumah sakit. Peristiwa ini menjadi ujian berat buat LRT Jabodebek yang sedang menyiapkan operasinya di pertengahan tahun depan.
Kini, nasib uji coba kereta LRT masih menunggu hasil investigasi dari berbagai pihak, mulai dari investigasi internal INKA, KNKT, hingga Kementerian Perhubungan.
Insiden ini menambah sederet masalah yang terjadi pada proyek yang satu ini. Beragam masalah sudah terjadi sejak 2015, tahun pertama proyek ini dibangun. Mulai dari pengerjaan yang molor dari target, hingga pembengkakan anggaran.
LRT Jabodebek sendiri masuk ke dalam kategori proyek strategis nasional (PSN), maka dari itu proyek yang satu ini cukup spesial dan diperhatikan langsung oleh pemerintah. Proyek ini dilandasi Perpres 49 tahun 2017.
Beberapa BUMN ikut serta dalam proyek ini, mulai dari PT Adhi Karya selaku kontraktor penyedia infrastruktur, PT INKA selaku penyedia kereta, PT KAI yang menyiapkan prasarana operasionalnya termasuk sistem ticketing, dan PT LEN selaku pihak yang mengatur persinyalan kereta.
Target Operasi Sering MolorDalam catatan detikcom, proyek ini sejatinya ditarget kelar di tahun 2019, tepatnya pada kuartal pertama. Di tengah jalan proyek ini dimundurkan target operasinya ke akhir tahun 2021.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo pernah mengatakan LRT Jabodebek ditarget beroperasi pada akhir 2021. "Diharapkan operasi 2021 akhir," kata Kartika dalam sebuah acara virtual, Rabu (16/9/2020) lalu.
Namun target itu dimundurkan lagi, PT Adhi Karya mengungkapkan tak sanggup memenuhi target tersebut. Direktur Operasi II Adhi Karya, Pundjung Setya Brata mengatakan operasional LRT Jabodebek akan dimulai pada pertengahan 2022.
Dia menjelaskan, untuk fisik dan system completion memang akan rampung pada Oktober 2021, dan fisik yang bersifat heavy maintenance selesai di Desember 2021. Namun masih ada proses-proses yang harus dilaksanakan sebelum LRT Jabodebek benar-benar beroperasi secara komersial alias mulai mengangkat penumpang.
"COD-nya (tanggal beroperasi secara komersial) di awal Juli 2022. Konstruksinya selesai 2021, tapi dibutuhkan testing Commisioning GoA 0 dan 3 untuk keseluruhan lintas dan trial operation dengan total durasi 8 bulan setelah system completion sehingga Commercial Operation Date di awal Juli 2022," papar Pundjung melalui pesan singkat kepada detikcom, Jumat (23/10/2020) lalu.
Nampaknya, target yang satu ini menjadi tenggat waktu paling akhir selesainya proyek ini. Pasalnya, Presiden Joko Widodo sendiri sudah mengatakan LRT Jabodebek bakal bisa dipakai di pertengahan 2022.
"Kita harapkan nanti di bulan April 2022 sudah mulai di-trial, mulai ujicoba. Dan akan kita mulai untuk operasional itu bulan Juni 2022," jelas Jokowi usai menjajal LRT dari Stasiun LRT Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, seperti yang disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (9/6/2021).
Proses terkini sendiri memang fokus pada uji coba kereta, meskipun sempat terjadi kecelakaan. Yang jelas sudah ada 31 trainset dari pabrik PT INKA yang tiba di Jakarta dan akan diuji coba.
Hingga akhir September 2021, progress pembangunan prasarana LRT Jabodebek secara keseluruhan telah mencapai 87,54%. Rinciannya, pada pelayanan I Cawang-Cibubur sebesar 93,94%, lintas pelayanan II Cawang-Dukuh Atas sebesar 87,99%, dan lintas pelayanan III Cawang-Bekasi Timur sebesar 92,25%.
Sementara itu, pembangunan depo telah mencapai 55,85%. Kemudian untuk pembangunan fisik stasiun, saat ini telah mencapai lebih dari 90% secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari telah berdirinya 18 stasiun di sepanjang 3 lintas pelayanan.
Biaya Proyek Bengkak
Bukan cuma targetnya saja yang molor, proyek LRT Jabodebek juga mengalami pembengkakan biaya proyek. Dalam catatan detikcom, di awal proyek berjalan biayanya sebesar Rp 23 triliun. Asalnya dari pembiayaan PMN dan juga utang yang ditarik kontraktor.
Namun, seiring proyek LRT Jabodebek berjalan. Dananya justru bertambah dan menelan anggaran hingga Rp 29,9 triliun. Pemerintah menyuntikkan PMN kepada PT KAI Rp 7,6 triliun dan PT Adhi Karya Rp 1,4 triliun, sisanya didapatkan dari pinjaman.
Untuk pembangunan prasarana dan sarana LRT Jabodebek mencakup tiga lingkup pekerjaan. Di antaranya adalah pekerjaan jalur, pekerjaan stasiun, depo dan OCC, serta pekerjaan fasilitas operasi dan trackwork. Dari ketiga lingkup pekerjaan ini, total biaya di sisi penyediaan infrastruktur LRT Jabodebek mencapai Rp 20,752 triliun atau sebesar Rp 467,08 miliar/km.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan dari total biaya proyek LRT, hanya Rp 7,6 triliun saja yang merupakan uang negara. Dia bilang sisanya dari pinjaman.
"Tidak semua ini merupakan uang pemerintah. PT KAI hanya dapat satu PMN Rp 7,6 triliun. Sisanya Rp 20 triliun lebih menjadi loan PT KAI," ungkap Budi Karya usai mendampingi Presiden Joko Widodo menjajal LRT Jabodebek, Rabu (9/6/2021).
Namun kabar terakhir, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan biaya proyek LRT Jabodebek kembali membengkak. Dia bilang, ada keterlambatan dari sisi pembangunan depo. Keterlambatan ini imbas dari lambatnya pembebasan lahan depo yang menyebabkan pembengkakan biaya mencapai Rp 2,7 triliun.
"Beberapa stasiun sudah kita selesaikan, dan yang memang agak lama adalah depo di Bekasi karena waktu itu pembebasan tanahnya terlambat. Nah ini menimbulkan adanya peningkatan biaya proyek sebesar Rp 2,7 triliun yang saat ini juga telah diaudit BPKP," kata Kartika dalam rapat kerja dengan Komisi VI, Kamis (8/7/2021).
Dia melanjutkan, dalam Peraturan Presiden (Perpres) yang mengatur LRT dijelaskan jika ada keterlambatan karena pembebasan lahan maka menjadi tanggung jawab pemerintah melalui penambahan modal kepada KAI.
"Nah ini kita sudah ajukan juga, dan rasanya juga sudah disepakati oleh Kemenkeu untuk penambahan Rp 2,7 triliun dalam rangka pemenuhan ekuitas dari LRT," ungkap Kartika.