Dari Jagorawi Kini Menyambung Negeri

Dari Jagorawi Kini Menyambung Negeri

Dana Aditiasari - detikFinance
Minggu, 20 Mar 2022 21:22 WIB
Foto udara kendaraan melintas di ruas Jalan Tol Lingkar Luar Pondok Pinang - Jagorawi, Jakarta Selatan, Rabu (22/12/2021). Memasuki masa libur Natal dan Tahun Baru 2022, PT Jasa Marga (Persero) Tbk. atau JSMR mencatat sebanyak 648.669 kendaraan meninggalkan Jabotabek melalui jalan tol sepanjang 17–20 Desember 2021 . ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.
Foto: ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Jakarta -

Pada 2002 silam, Iman memberanikan diri pindah dari tempat tinggalnya di Kampung Makasar, Jakarta Timur ke Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Kala itu ia rela meninggalkan lingkungan nyaman di Ibu Kota Jakarta dekat tempat kerjanya yang berlokasi di kawasan Rasuna Said Jakarta Selatan.

Saat masih tinggal di Jakarta Timur, Pegawai Negeri Sipil (PNS) itu hanya membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit berkendara sepeda motor menuju tempat kerjanya tersebut.

Keputusannya memboyong istri dan 3 anaknya tentu mengundang tanya para tetangganya. Apa lagi, kala di tahun 2002, kawasan Cimanggis, Depok belum berkembang seperti hari ini. Ia berkisah bagaimana sepatu anaknya selalu kotor penuh lumpur setiap kali pulang dari sekolah atau bermain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat kondisi itu, wajar saja bila kala itu ia bisa menebus sebidang tanah dengan harga Rp 100.000 per meter persegi yang kini menjadi hunian dua lantai tempatnya tinggal bersama keluarganya.

Harga tanah yang masih murah tentu bukan satu-satunya alasan mengapa ia berani 'hijrah' dari Ibu Kota ke kota kecil di pinggiran Jakarta yang secara jarak dari tempat kerja lebih jauh. Ada yang dilihat Iman kala itu.

ADVERTISEMENT

"Dekat Jagorawi," singkat Iman.

Jagorawi adalah nama sebuah Jalan Tol sepanjang 59 Km yang menghubungkan Jakarta, Bogor dan Ciawi. Nama Jagorawi sendiri diambil dari akronim 3 wilayah utama yang dilalui jalan tol tersebut. Kawasan Cimanggis sendiri terhubung dengan pintu tol Cimanggis 1 dan 2.

Berkat keberadaan tol Jagorawi, Iman bisa menuju kantornya dalam waktu kurang lebih 40-45 menit dalam kondisi lalulintas normal kala itu.

"Selisihnya nggak jauh kan?" candanya.

Diakuinya, kini lalulintas Jagorawi kian padat tak seperti kala ia pertama kali pindah ke Depok 20 tahun lalu. Tapi ada yang satu hal yang disadarinya. Semakin padat sebuah jalan tol menunjukkan perekonomian kawasan yang dihubungkan juga semakin tumbuh pesat.

Bagaimana ia mengukurnya?

"Tanah rumah saya yang 2002 saya beli Rp 100.000/meter persegi, kemarin tetangga saya jual tanah harganya tembus Rp 3 juta/meter persegi. Yang di pinggir jalan raya lebih mahal lagi," tutur dia.

Sejumlah kendaraan memadati ruas tol Jagorawi, Cibubur, Jakarta Timur, Sabtu (26/2/2022). Libur panjang yang bertepatan dengan libur akhir pekan serta libur Isra Miraj Nabi Muhammad dimanfaatkan masyarakat untuk berlibur dan melakukan perjalanan luar kota. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc.Sejumlah kendaraan memadati ruas tol Jagorawi, Cibubur, Jakarta Timur, Sabtu (26/2/2022). Libur panjang yang bertepatan dengan libur akhir pekan serta libur Isra Miraj Nabi Muhammad dimanfaatkan masyarakat untuk berlibur dan melakukan perjalanan luar kota. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc. Foto: ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA

Sejak beroperasi pada tahun 1978, Tol Jagorawi memang telah memberi dampak yang cukup signifikan bagi perekonomian kawasan-kawasan yang dihubungkannya. Cerita Iman jadi sekian banyak cerita mereka yang merasakan dampak positif bagaimana jalan tol memberi makna pada kehidupan mereka.

Dari sini saja bisa terlihat bagaimana jalan tol bukan hanya sebagai penghubung jalan bagi kendaraan yang ingin melintas, tetapi juga sebagai pengantar pemerataan pembangunan. Itu setidaknya terlihat dari perkembangan sejumlah kawasan yang dilintasi Jagorawi seperti Depok, Cikeas, Bogor hingga Sentul.

Dewasa ini, keberhasilan Jagorawi mendongkrak perekonomian kawasan itu dilanjutkan dengan melakukan pembangunan jalan tol yang terhubung dengan jalan tol pertama di Indonesia ini. Sebut saja Jalan Tol Bogor Outer Ring Road (BORR), ada juga Tol Cinere-Jagorawi dan lainnya.

Sebagai jalan tol pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh PT Jasamarga (Persero) TBK, Jalan Tol Jagorawi juga dipandang sebagai
tonggak sejarah bagi perkembangan industri jalan tol di Tanah Air.

Semangat pemerataan ekonomi yang telah terbukti dari keberadaan Jagorawi ini sendiri kemudian diamplifikasi oleh pemerintah.

Tol Trans Jawa Dikebut

Pada tahun 2014, tahun pertama Joko Widodo (Jokowi) efektif menjadi Presiden Republik Indonesia, pembangunan Jalan Tol Trans Jawa mulai dikebut. Gagasan dibangunnya jalan tol Trans Jawa sebenarnya bukan ide yang benar-benar baru. Cikal bakal pembangunan jalan tol ini sudah dimulai sejak tahun 1978, bersamaan dengan mulai beroperasinya Tol Jagorawi.

Sejumlah kendala yang dihadapi membuat jalan tol ini baru tersambung 242 km pada 2004. Di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 4 ruas tol Trans Jawa yang terdiri dari Tol Kanci-Pejagan sepanjang 35 kilometer (2010), Tol Surabaya-Mojokerto Seksi 1A Waru-Sepanjang dengan panjang 1,89 kilometer. Kemudian Tol Kertosono-Mojokerto Seksi 1 Bandar-Jombang sepanjang 14,41 kilometer (2014), dan Tol Semarang Solo Seksi 1-2 Semarang-Bawen (2011 dan 2014) sepanjang 22,95 kilometer.

Menyadari pentingnya keberadaan tol Trans Jawa ini, estafet pembangunan infrastruktur tersebut kemudian dilanjutkan oleh Jokowi. Hasilnya, 954 km jalan tol Trans Jawa kini sudah tersambung. Menghubungkan Pelabuhan Merak di Banten di sisi barat hingga Probolonggo di sisi timur. Dalam rencananya, jalan tol ini akan tersambung hingga ke Pelabuhan Ketapang.

Pada tahun 2018, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) lewat Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR Hadi Sucahyono mengatakan, Tol Trans- Jawa memberikan pengaruh positif pada sektor ekonomi masyarakat .

Ditinjau dari sisi transportasi, Jalan Tol Trans- Jawa terbukti memperlancar arus dan meningkatkan perpindahan arus dan meningkatkan perpindahan orang, distribusi barang, dan pertumbuhan jasa.

Lalu dari segi pengembangan wilayah kata Hadi jalan tol ini berhasil mendorong pertumbuhan kawasan ekonomi baru baik berupa pusat-pusat kegiatan ekonomi Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) hingga bermunculannya kawasan industri di sepanjang jalur Trans-Jawa.

Denga adanya akses jalan bebas hambatan dan bermunculannya kawasan industri menurut Hadi dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas arus barang dan manusia, sehingga akan berdampak pada penurunan ongkos transportasi.

"Transportation cost-nya kita tekan sehingga harga barang akan lebih murah," ungkap Hadi kala itu.

Dalam perencanaanya menurut Hadi tol Trans-Jawa dapat memacu teknologi. Ketika jalanan sudah bagus, maka para pengusaha akan memikirkan moda transportasi yang lebih efisien sekaligus ramah lingkungan. Bahkan berdasarkan kajian Bank Indonesia (BI), Trans Jawa dampaknya enam kali lebih besar daripada tol Sumatera.

Hal ini disebabkan lalu lintas di Jawa lebih padat. Disamping itu, industri di Jawa lebih berkembang. Pada entry point dan exit point tol di sepanjang Trans Jawa akan memunculkan sentra ekonomi baru, seperti pompa bensin, rumah makan, dan permukiman. Lalu rest area untuk dijadikan sebagai tempat penjualan produk UMKM, sehingga dampaknya akan dirasakan oleh pelaku UKM lokal, khususnya di bidang kuliner.

Menurut Hadi dari 2015 hingga 2017, beberapa kabupaten di Jawa Barat seperti Kabupaten Subang, Karawang, dan Purwakarta, berhasil mencatatkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
"Kondisi ini dilatarbelakangi oleh banyaknya industri yang memindahkan lokasinya di dekat pintu tol sehingga akan memberikan pajak bagi daerah," tutur dia.

Keberadaan jalan tol Trans Jawa juga telah mengubah perilaku masyarakat dan membuka peluang ekonomi baru bagi para pelaku usaha.

Misalnya, pelaku usaha kini tak perlu lagi bertumpu pada Pelabuhan Tanjung Priok. Bahkan, kepadatan di Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya bisa lebih terdistribusi ke pelabuhan Tanjung Emas di Semarang.

Tol Trans Jawa menjadi salah satu Tol dengan pemandangan terbaik di dunia. Bagaimana nggak, keindahan gunung Merbabu bisa terlihat jelas saat kita melintasi pada waktu yang pas. Salah satu ruas Tol Trans Jawa yang menyajikan pemandangan indah itu ada di jalur tol Bawen - Salatiga, Jawa Tengah. Pelintas atau pengendara yang melintasi tol ini akan disuguhkan salah satu pemandangan yang sangat indah.Tol Trans Jawa menjadi salah satu Tol dengan pemandangan terbaik di dunia. Bagaimana nggak, keindahan gunung Merbabu bisa terlihat jelas saat kita melintasi pada waktu yang pas. Salah satu ruas Tol Trans Jawa yang menyajikan pemandangan indah itu ada di jalur tol Bawen - Salatiga, Jawa Tengah. Pelintas atau pengendara yang melintasi tol ini akan disuguhkan salah satu pemandangan yang sangat indah. Foto: Rachman_punyaFOTO

Di sisi lain, pembangunan jalan tol serta infrastruktur yang merata juga turut berdampak banyak kepada beragam sektor industri dan usaha tak terkecuali bagi para pengusaha bus pariwisata.

Direktur Operasional White Horse Group, Romy Firmangustri dalam catatan detikcom Juni 2021, mengatakan, dengan adanya pembangunan jalan tol yang masif selama ini, potensi bisnis pariwisata semakin dapat berkembang.

"Sekarang ini, untuk urusan transportasi jalanan kita udah sangat baik. Tol sudah di mana-mana dan sepertinya ini kesempatan yang oke banget untuk bisnis pariwisata dan transportasi seperti kita," papar Romy kepada detikcom.

Meskipun tidak memiliki rute khusus seperti bus AKAP, menurut Romy, dengan adanya jalan tol ini kian mempermudah pilihan rute penumpang yang menggunakan jasa bus pariwisata.

"Kalau kita kan bisnis pelayanan, jadi permintaan dari penumpang pasti akan kita coba penuhi secara maksimal. Kadang-kadang tamu tanya ke kita (rute) ini bus bisa masuk atau nggak," papar Romy.

"Pastinya sebelum jalan dan memastikan bisa untuk dilalui, kita pasti akan survey dulu. Kita tanya dulu sama supir, kita cari informasi tentang objek tujuannya, cari informasi ke hotelnya dan pastinya kita survey," lanjutnya.

Romy mengatakan bahwa dengan adanya jalan tol yang terbentang di sepanjang pulau Jawa, setidaknya bus mereka akan melewati rute yang lebih aman dan penumpang pun bisa lebih merasa nyaman.

Menurutnya, bukan tidak mungkin perusahaan bus pariwisata akan menggunakan beragam bus mewah hingga bus double decker. Lantaran, akses yang dilalui sudah nyaman dan mendukung.

"Nanti kan 2024 juga akan ada jembatan dari Palembang (Sumatera Selatan) ke Pulau Bangka, ini pasti akan makin banyak bus yang kesana dan pastinya sangat baik untuk industri pariwisata," papar Romy.

Saat ini, perusahaan bus White Horse melayani perjalanan bus dari Palembang hingga Bali. Tentunya dengan serangkaian rencana tol yang akan dibangun oleh pemerintah, menurut Romy ini akan membuka kesempatan bagi seluruh pemain di industri pariwisata.

Tak Hanya Fokus di Pulau Jawa

Pembangunan jalan tol sendiri tak hanya berfokus di Pulau Jawa lewat mega proyek Tol Trans Jawa, melainkan juga ke sejumlah pulau lain utamanya Sumatera lewat pembangunan tol Trans Sumatera, Kalimantan lewat tol Balikpapan Samarinda dan Sulawesi lewat pembangunan tol Manado-Bitung.

Keseriusan pemerintah menggenjot infrastruktur tentu tak perlu lagi diragukan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Dalam tiga tahun pertama sejak 2015-2017, pemerintah alokasikan dana infrastruktur sebesar Rp 913,5 triliun. Nilainya lebih besar dibandingkan lima tahun anggaran infrastruktur di era pemerintah sebelumnya.

Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, dana infrastruktur bahkan kembali dinaikkan menjadi Rp 410,7 triliun.

Melihat keseriusan tersebut, tak heran sudah begitu banyak jalan tol yang berhasil dibangun di era pemerintahan Presiden Jokowi. Di pulau Jawa, Jokowi menggenjot pembangunan Tol Trans Jawa hingga rampung seluruhnya (Merak-Surabaya) di akhir 2018 lalu. Di Sumatera, Jokowi menargetkan lebih dari 2.000 km jalan tol tersambung dari Lampung hingga Aceh pada akhir 2024.

Jika seluruh target tercapai, praktis Jokowi membangun lebih dari 3.000 km jalan tol dalam 10 tahun memerintah atau sekitar 300 km/tahun.

Pembangunan Tak Sebatas Fisik

Gencarnya pembangunan infrastruktur di segmen jalan tol tak semata dilakukan sebatas pada pembangunan fisik saja. Pembangunan juga merambah pada upaya melakukan transformasi di sistem pembayaran dari yang semula dilakukan menggunakan uang tunai menuju sistem pembayaran non tunai.

Bukan tanpa alasan, pembayaran dengan uang tunai kerap menimbulkan antrean yang panjang di gerbang tol. Selain itu waktu transaksi yang lebih lama dengan bayar tunai menyebabkan penumpukan kendaraan di gerbang tol atau macet.

Transaksi tunai juga kurang nyaman dan aman. Pengguna harus menghitung kembali uang kembalian. Sementara petugas tol menanggung risiko terkait penyediaan uang kembalian dan risiko terkait dengan cash collection pada gerbang tol.

Dengan dilakukannya elektronifikasi, diharapkan pembayaran di gerbang tol akan lebih lancar sehingga antrean di gerbang tol bakal berkurang. Kelancaran pembayaran di gerbang didukung oleh waktu transaksi yang menjadi 2 detik, lebih cepat 4 hingga 6 detik dibanding transaksi tunai.

Transaksi juga akan lebih nyaman dan aman karena lebih akurat. Pendapatan hasil transaksi bisa langsung masuk ke rekening badan usaha karena tidak ada cash collection.

Akses pembayaran pun lebih mudah. Karena satu reader dapat menerima seluruh uang elektronik (multi issuer), yang akan meningkatkan ragam pilihan bagi pengguna. Keragaman multi issuer akan mendorong kemudahan top up melalui interkoneksi dan interoperabilitas.

Tak berhenti sampai di situ, pemerintah lewat Kementerian PUPR bersama PT Jasamarga (Persero) terus berupaya meningkatkan mutu layanan dalam hal ini penerapan teknologi yang dapat memudahkan pengguna jalan tol dalam melakukan transaksi pembayaran.

Salah satu yang dikembangkan adalah sistem pembayaran dengan teknologi Multi Lane Free Flow (MLFF) yang akan diterapkan di seluruh Indonesia. Penerapan teknologi ini diharapkan akan mempercepat proses transaksi pembayaran kendaraan yang masuk dan melintas jalan tol.

"Pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap mulai akhir tahun 2022," kata Kepala BPJT Kementerian PUPR Danang Parikesit saat dihubungi detikcom, Sabtu (5/3/2022) lalu.

Pembangunan sistem transaksi tol nontunai nirsentuh ini rencananya akan dibangun mulai akhir tahun 2022. Sementara untuk tahap awal, penerapannya akan diutamakan untuk wilayah Jabodetabek.

"Pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap mulai akhir tahun 2022 di beberapa ruas dengan sistem transaksi terbuka dahulu, dan diutamakan wilayah Jabodetabek," kata Danang.

Bayar Tol Tanpa SetopBayar Tol Tanpa Setop Foto: Bayar Tol Tanpa Setop (M Fakhri Aprizal/Tim Infografis)

Dalam catatan detikcom, Danang pernah menjelaskan bahwa teknologi ini menggunakan electronic on board unit yang sudah terhubung dengan satelit dan akan membaca data mobil yang melintas lewat tol.

Teknologi ini membantu proses pembayaran setiap mobil yang akan masuk ke jalan tol tanpa perlu melakukan tapping atau menempelkan kartu.

"Lama kelamaan karena sudah terbiasa, gate itu akan terbuka, sehingga pada tahun 2024 tidak akan ada gardu tol," ujar Danang.

Tak berdiam diri, di usia yang kini menginjak 44 tahun tepat pada 1 Maret 2022 lalu, perusahaan investasi jalan tol pelat merah itu terus berinovasi dalam melakukan peningkatan layanan kepada pengguna tol. Jasamarga sendiri telah mengimplementasikan Sistem Transaksi Nontunai tanpa henti berbasis Single Lane Free Flow (SLFF) with Barrier dengan Teknologi DSRC Infrared di beberapa lajur transaksi di Jabotabek.

Kini, perseroan tengah bersiap menerapkan tekonologi yang lebih maju, yakni MLFF yang akan semakin memanjakan para pengguna tol dimana, penerapan sistem transaksi MLFF juga memberikan proses transaksi yang lebih efektif secara operasional, memiliki akurasi dan keamanan data pembayaran serta meminimalisir risiko yang mungkin terjadi.

(dna/zlf)

Hide Ads