Jakarta Terendam Banjir, Anies: Curah Hujan di Hulu Tinggi

Jakarta Terendam Banjir, Anies: Curah Hujan di Hulu Tinggi

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 11 Okt 2022 10:26 WIB
Warga membersihkan rumah saat banjir melanda Rawajati, Jakarta, Senin (10/10/2022). Banjir melanda sejumlah pemukiman di Jakarta salah satunya Rawajati.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bicara soal penyebab banjir di Jakarta. Menurutnya, biang kerok utama banjir adalah tingginya curah hujan di daerah hulu dan daratan tinggi sekitar Jakarta, sehingga membuat limpahan air kiriman menjadi lebih banyak.

Akibat dari curah hujan tinggi, membuat kapasitas sungai-sungai di Jakarta terlampaui. Hal ini membuat beberapa sungai di Jakarta, terlebih lagi Sungai Ciliwung meluap.

"Kejadian kemarin di daerah aliran sungai Ciliwung ada limpahan air datang dari hulu, ini memang karena curah hujan di hulu tinggi otomatis kapasitas sungai terlampaui. Karena terlampaui makanya air melimpah," ungkap Anies ditemui di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa (11/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Anies kapasitas sungai dan drainase di Jakarta hanya mampu untuk menampung volume air hujan sebesar maksimal 100 milimeter per hari. Sebagai contoh, kapasitas drainase wilayah Jakarta mencapai 50 milimeter, dan di khusus di jalan protokol 100 milimeter per hari.

Sementara itu hujan yang mengguyur di Jakarta dan sekitarnya volumenya mencapai 140-180 milimeter per hari. Bahkan hujan dengan volume 180 milimeter itu mengguyur dalam waktu cepat, 2-3 jam. Maka wajar saja menurutnya Jakarta banjir.

ADVERTISEMENT

"Ketika volume air hujan melampaui kapasitas sungai dan drainase, tentu akan jadi genangan dan banjir," ungkap Anies.

Anies pun memberikan contoh curah hujan yang tinggi dapat merendam Jakarta. Contohnya adalah kasus banjir di Bandara Halim Perdanakusuma beberapa tahun lalu. Di sana menurutnya merupakan kawasan yang bersih dan tertata rapih.

Cuma tetap saja banjir tetap terjadi, bahkan bandara itu harus terendam sampai setinggi 40 centimeter.

Simak video 'Anies: Jika Ada Daerah Banjir Berhari-hari, Manajemennya Nggak Bener':

[Gambas:Video 20detik]



Bersambung ke halaman selanjutnya.

Satu-satunya biang kerok adalah volume air hujan yang tinggi, menurutnya saat itu mencapai 370 milimeter.

"Bahkan kalau diingat, Halim Perdanakusuma itu bersih, rapih, hijau, bisa terjadi genangan sampai 40 centimeter. Bukan karena gorong-gorong tersumbat, tapi karena volume air yang turun waktu itu sampai 370 milimeter. Jadi otomatis terjadi genangan," ungkap Anies.

Namun, Anies mengungkapkan manajemen banjir tetap dilakukan pihaknya. Bila memang banjir terlanjur terjadi, dia mengatakan genangan harus surut dalam waktu kurang dari 6 jam saja.

"Cuma tadi laporan pak wali, dalam waktu kurang dari 6 jam sesudah permukaan air normal semua sudah surut semuanya. Itu lah manajemen pengelolaan banjir," kata Anies.

"Kita nggak khawatir dengan foto-foto genangan itu, yg kami khawatir kalau genangan itu berhari-hari, itu baru kami khawatir. Berarti manajemennya nggak betul," lanjutnya.

Dia pun meminta masyarakat membandingkan manajemen banjir di Jakarta dan kota lainnya. Menurutnya, ketika hujan terjadi dan menyebabkan banjir, genangan paling cepat surut di Jakarta. Seperti yang dia bilang, di bawah 6 jam sudah surut.

"Anda silakan lihat. Silakan bandingkan Jakarta dengan kota-kota lain. Ketika terjadi hujan, berapa lama surut? Di situ lah manajemennya. Kalau jumlah air hujannya, di situ di luar kuasa manusia, cuma manajemennya itu tanggung jawab kita," beber Anies.

Anies menegaskan standar banjir surut sebelum 6 jam menjadi pegangan pihaknya dalam melakukan manajemen banjir.

"Di Jakarta itu pakai KPI penanganannya. Bila di bawah 100 milimeter dan banjir itu salah kita. Cuma kalau hujan di atas 100 milimeter dan ada genangan, ya wajar. Lalu KPI kurang dari 6 jam harus turun," sebut Anies.


Hide Ads